Bisnis.com, JAKARTA - Di sebuah ballroom besar yang ada di basement Buenos Aires, meja dan kursi tertumpuk rapi. Kemudian di panggung orkestra tersebut terdapat piano yang ditutup. Di dekatnya ada speaker yang dicabut dan gambar billboard selebriti tango.
Lantai dansa yang kosong dan gelap di Klub Viruta Tango adalah simbol krisis akibat pandemi. Para penari dan musisi menjadi contoh nyata dari industri seni yang Terdampak karena wabah Covid-19.
Tari Tango dikenal karena kontak fisik yang dekat dan pertukaran pasangan. Mereka terpaksa menutup klub dan pertunjukan seni tarian dari Amerika Latin tersebut.
Seperti tempat-tempat lain yang sama jenisnya, klub Viruta telah ditutup sejak 8 Maret 2020, sekitar waktu otoritas Argentina memutuskan karantina ketat dengan harapan mengurangi penyebaran Covid-19.
Klub tersebut biasanya menjadi tuan rumah bagi ratusan penari tango setiap Rabu dan Minggu.
Melansir dari apnews, Rabu (16/6/2021), seorang penari, sejarawan, dan penyelenggara klub Viruta, Horacio Godoy mengaku sangat sedih akan penutupan aktivitas tari tango.
“Bagi kami yang mencari nafkah dari tango, harga diri kami ada di lantai. Kami lebih emosional daripada bangkrut secara finansial,” kata Godoy sambil berjalan melintasi aula dansa Viruta dan mengenang kembali suasana era 1940-an ketika tango menjadi hiburan yang sangat populer.
Menurut Godoy, penyebabnya adalah penutupan perbatasan dan mencegah kedatangan wisatawan yang menjadi sumber utama pembiayaan untuk industri tango lokal.
Selain itu, tur Tango ke luar negeri juga telah dibatalkan karena Argentina terus menderita beban kasus virus Covid-19. Ada lebih dari 80.000 kematian yang dikonfirmasi dari Covid-19 di negara tersebut.
Godoy, yang mendapatkan uang dengan mengajar kelas tango virtual kepada orang asing mengatakan dana untuk penari dan musisi dari kantor wali kota tidak cukup untuk membayar biaya di klub Viruta. Dari 18 karyawan, hanya tiga yang mempertahankan pekerjaannya.
“Kota Buenos Aires tidak bisa menawarkan sejarah seperti Roma dan Paris. Tidak ada pantai untuk ditawarkan seperti di Karibia. Tidak memiliki keahlian memasak yang ditawarkan seperti Italia. Tidak memiliki air terjun atau gletser. Kota Buenos Aires memiliki tango, ” tambahnya.
Menurut Majelis Federal Pekerja Tango, andalan budaya telah mempekerjakan sekitar 7.000 orang di seluruh Argentina. Akan tetapi sejak 2020, sekitar 40 klub tango dari total 200 klub di Buenos Aires telah ditutup secara permanen.
Sebelum pandemi, ada sekitar 40 perusahaan alas kaki dan pakaian tango dan sekarang belasan bertahan, kata kelompok itu. Meski merupakan simbol budaya Argentina, tango tidak mendapatkan subsidi khusus.
Musisi dari orkestra Misteriosa Buenos Aires dan juru bicara majelis pekerja tango Diego Benbassat mengatakan pekerja tango menderita ketidakamanan kerja permanen jauh sebelum pandemi. “Tidak pernah ada kebijakan publik yang dirancang untuk tango, jadi itu sebabnya kami sangat rentan," ujarnya.
Mora Godoy pernah mengajarkan langkah tango kepada Barack Obama dan menerima tepuk tangan meriah untuk penampilan internasionalnya. Namun ia harus menutup sekolah dansanya.
“Saya melakukan 419 pertunjukan dengan perusahaan tango saya pada 2019. Kami telah melakukan lebih dari 100 kali pertunjukan pada 2020 pada saat semuanya ditutup dan kegilaan ini, kesedihan ini, tragedi dunia ini dimulai,” katanya.
Salah satu sudut apartemennya dihiasi gambar-gambar tarian yang menandai kehidupannya sebelum pandemi.
Salah satu favoritnya, Presiden Obama saat itu meletakkan tangannya di punggung telanjangnya sambil mengikuti irama Por una cabeza dari Carlos Gardel. Foto tersebut diambil selama kunjungan resmi ke Argentina pada 2016.
“Sangat menyakitkan tidak bisa menari,” kata Godoy.
Ia juga menambahkan bahwa beberapa profesional tango telah beralih ke sopir taksi dan menjual bahan makanan untuk mencari nafkah. “Semuanya membeku,” kata musisi dan penari Nicolás Ponce, yang memulai bisnis menjual tanaman indoor dan outdoor selama pandemi.
Esensi dari tango begitu sulit untuk dilakukan dalam keadaan darurat kesehatan saat ini.
“Tango adalah kekompakan dan tindakan saling merangkul. Meskipun dalam hidup seseorang tidak bisa memeluk semua orang, perasaan berpelukan itulah yang membuat tango menonjol dari tarian lainnya," ujarnya.
Nostalgia untuk pelukan itu membuat banyak penari tango, atau tangueros, menentang pembatasan untuk menari di ruang terbuka.
Pada hari Sabtu baru-baru ini, dua belas pasangan berkumpul untuk menari di Obelisco, sebuah monumen simbol di pusat kota Buenos Aires, beberapa bahkan tanpa masker.
“Tango di udara terbuka adalah kesehatan. Yang berbahaya adalah keheningan,” demikian bunyi tanda yang dipasang di trotoar oleh guru tari Luciana Fuentes.
“Saya takut suatu hari nanti otot-otot saya akan lupa menari. Saya melakukannya sendiri dengan sapu setiap hari di rumah saya, ”kata Fuentes.
“Saya tidak anti karantina. Saya tidak berpikir bahwa Covid-19 tidak ada. Saya mengambil tindakan pencegahan. Tapi, saya tidak akan berhenti menari tango di ruang publik," tutupnya.