Virus Corona Varian Delta./Istimewa
Health

Menyebar di Indonesia, Kenali Covid-19 Varian Alpha, Beta, dan Delta

Mutiara Nabila
Kamis, 17 Juni 2021 - 10:10
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Varian Virus Corona dari hasil mutasi yang dikhawatirkan di dunia selama ini sudah menyebar di Indonesia.

Ketiga varian Virus Corona penyebab Covid-19 itu adalah: B117 atau Alpha dari Inggris, B1351 atau Beta dari Afrika Selatan, dan varian B1617.2 atau Delta dari India.

Mengutip keterangan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) pada 1 Maret 2021, penyebab virus bermutasi adalah ketika virus bersirkulasi secara luas dalam suatu populasi, sehingga menimbulkan banyak infeksi.

Semakin banyak menyebar, semakin besar kesempatan virus untuk berubah bentuk dan bermutasi.

Kebanyakan mutasi virus tidak memberikan dampak pada kemampuannya untuk menyebabkan infeksi atau penyakit yang lebih parah. Namun, hal itu tetap bergantung pada lokasi dan material genetik dari virus itu sendiri.

Mutasi yang terjadi bisa saja mengubah bentuk virus dan kemampuannya untuk bertransmisi, misalnya jadi lebih cepat atau bisa lebih lambat menyebar, atau bisa berpengaruh pada keparahan infeksi, bisa semakin parah atau malah tidak menyebabkan kesakitan apa pun.

145 Kasus Varian Baru

Sebelumnya sampai dengan 13 Juni 2021, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menyebut, di Indonesia sudah ada 145 kasus.

Varian Alpha sebanyak 36 kasus, varian Beta sebanyak 5 kasus, dan varian Delta paling tinggi yaitu 104 kasus.

Adapun, detailnya di Kepulauan Riau 1 kasus  varian Alpha, yang ditemukan di Batam. Selanjutnya, di Sumatra Utara ditemukan 2 kasus varian Alpha, ditemukan di Medan dan Tanjung Balai.

Kemudian, di Sumatra Selatan ditemukan 4 kasus, varian Alpha 1 kasus dan Delta 3 kasus yang ditemukan di Palembang, Prabumulih, dan Penukai Abab Pematang Ilir.

Selanjutnya, di Riau ditemukan 1 kasus varian Alpha yang ditemukan di Dumai.

Di DKI Jakarta ditemukan 48 kasus, terdiri atas 24 kasus varian Alpha, 4 kasus varian Beta, dan 20 kasus varian Delta, yang tersebar di Brebes, Cilacap, dan Kudus.

Lebih lanjut, ditemukan 2 kasus varian Alpha di Jawa Barat, yang ditemukan di Karawang. Di Jawa Timur ditemukan 3 kasus dengan 2 kasus varian Alpha dan 1 kasus varian Beta, yang tersebar di Surabaya.

Di Bali, ditemukan 1 kasus varian Alpha, yang ditemukan di Denpasar. Di Kalimantan Tengah, tercatat ada 3 kasus yang seluruhnya merupakan varian Delta dan tersebar di Gunung Mas dan Palangka Raya.

Selanjutnya, di Kalimantan Selatan ditemukan 1 kasus carian Alpha di Tapin. Kemudian di Kalimantan Timur ditemukan 3 kasus varian Delta yang tersebar di Samarinda.

Penyebab Lonjakan Kasus

Sudah ada di Indonesia, varian-varian baru tersebut telah menjadi salah satu penyebab lonjakan kasus di Indonesia, terlebih pasca-Idulfitri yang menyebabkan kenaikan mobilitas masyarakat.

Berdasarkan varian Covid-19 yang sudah ada di dunia, WHO mencatat sudah ada empat varian yang perlu diwaspadai dan tiga di antaranya sudah ada di Indonesia.

Pakar kesehatan global menamai kembali varian Covid-19 untuk menghapus stigma yang dikenakan ke negara-negara awal munculnya varian tersebut.

Dengan penamaan huruf Yunani tersebut, WHO menyebut, strain virus tidak lagi dinamakan sesuai negaranya seperti “virus dari India” atau “virus dari Inggris”.

Tiga varian yang perlu diwaspadai adalah Alpha, Beta, dan Delta.

Varian Alpha (B117)

Berdasarkan tes yang dilakukan di Inggris, varian ini pertama kali ditemukan di Inggris pada akhir September 2020. Pada Oktober 2020, strain ini sudah menyebar pada 3 persen populasi di Inggris.

Pada awal Februari, penyebarannya meluas sehingga menjadi varian yang mendominasi hingga 96 persen dan menjadi penyebab kemunculan gelombang ketiga Covid-19 di Inggris Raya.

Setelah menyebar di Inggris, varian ini juga menjadi dominan di Amerika Serikat (AS). Hal tersebut lanraran varian ini lebih mudah menyebar dan menular dibandingkan dengan varian virus asli yang belum bermutasi dan berkembang pertama kali di Wuhan.

Selain itu, virus ini juga disebut cenderung membuat orang lebih mudah sakit dan harus mendapatkan perawatan di rumah sakit.

Data di Inggris menunjukkan bahwa varian ini 30-70 persen lebih mematikan dibandingkan varian Wuhan.

Di sisi lain, varian ini tidak bisa menghindari sistem imun tubuh, baik yang tercipta secara alami, maupun dari yang sudah mendapatkan vaksin.

Pada uji yang dilakukan di Inggris Raya, vaksin AstraZeneca 70,4 persen efektif melawan gejala Covid-19 yang disebabkan oleh varian virus ini. Selain itu, vaksin Pfizer ditemukan 89,5 persen masih efektif melawan varian ini setidaknya 14 hari setelah mendapat dosis kedua.

Varian Beta (B1351)

Varian virus ini pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan pada awal Oktober 2020, namun tidak dipublikasikan hingga Desember 2020.

Pemerintah setempat kala itu mengklaim bahwa varian ini cenderung lebih berdampak pada usia muda dibandingkan dengan varian yang ada sebelumnya.

Saat ini, varian tersebut sudah ditemukan di lebih dari 80 negara. Varian Beta membawa mutasi yang disebut E484K dan membuatvirusnya bisa menghindari sistem imun tubuh manusia. Selain itu, vaksin juga tak bekerja baik melawan varian ini.

Sebelumnya, ditemukan bahwa AstraZeneca hanya memberi 10 persen perlindungan pada gejala ringan hingga sedang ketika terpapar virus ini. Namun, pada riset di Qatar, menunjukkan bahwa orang yang menerima vaksin Pfizer 75 persen lebih kecil kemungkinannya untuk terinfeksi Virus Corona varian ini.

Menyebar di Indonesia, Kenali Covid-19 Varian Alpha, Beta, dan Delta

Varian Delta (B1617.2)

Varian ini pertama kali terdeteksi pada Oktober di India, yang juga menjadi penyebab lonjakan pada gelombang kedua. Strain virusnya mengandung mutasi yang membuatnya lebih udah bertransmisi dan mampu menghindari sistem imun tubuh.

Studi di Inggris menyebut, bahwa varian ini 40 persen lebih mudah bertransmisi dibandingkan dengan varian Alpha, dan jauh lebih mudah menular dibandingkan dengan strain yang belum bermutasi.

Varian ini juga disebut membuat vaksin jadi kurang efektif.

Studi yang dipublikasi The Lancet di Inggris menunjukkan, bahwa orang yang sudah mendapat vaksin Pfizer menghasilkan antibodi lebih sedikit dibandingkan dengan jika terinfeksi varian lain.

Studi tersebut menunjukkan imun yang dihasilkan lima kali lebih rendah untuk melawan varian tersebut.

Senada, berdasarkan data Public Health England (PHE), tiga pekan setelah mendapat dosis pertama vaksin Pfizer dan AstraZeneca, kedua vaksin hanya 33 persen efektif melawan varian Delta, dibandingkan 50 persen efektif melawan varian Alpha.

Laporan PHE tersebut juga menunjukan bahwa varian tersebut dua kali lipat bisa membuat orang yang tertular harus mendapat perawatan di rumah sakit dibandingkan dengan jika terinfeksi varian Alpha. D

Di India, varian ini juga dikaitkan dengan kemungkinan menyebabkan kerusakan pada pankreas dan organ lainnya.

Di Indonesia, dokter umum Adam Prabata menjelaskan, untuk varian B117 atau Alpha, bahwa vaksin AstraZeneca terbukti efektif dan bisa menetralisir virus. Sementara itu, Sinovac dan Sinopharm belum memliki data efektivitas, tapi bisa menetralisir.

Kemudian, untuk varian B1351 atau Beta ditemukan AstraZeneca masih inkonklusif, tapi bisa menetralisir.

Kandidat PhD di Universitas Kobe itu meneybut, bahwa vaksin Sinovac dan Sinopharm belum memiliki data efektivitas dan terbukti bisa menetralisir.

Selanjutnya, untuk varian B16172 atau Delta dari India, vaksin AstraZeneca sudah terbukti efektif dan bisa menetralisir. Tapi, vaksin Sinovac dan Sinopharm belum memiliki data baik efektivitas maupun kemampuan untuk menetralisir.

"Belum ada data bukan artinya vaksinnya tidak terbukti efektif untuk suatu varian. Sementara itu, hasil inkonklusif disebabkan oleh masih terbatasnya jumlah orang yang diteliti," jelas dokter Adam melalui unggahannya di Instagram, Selasa (15/6/2021).

Dokter lulusan Fakultas Kedokteran UI ini menyimpulkan, bahwa vaksin Covid-19 yang tersedia memiliki kemampuan, minimal menghasilkan antibodi yang bisa menetralisir varian virus penyebab Covid-19. Namun, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk mengetahui efektivitas masing-masing vaksin.

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Nancy Junita
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro