Bisnis.com, JAKARTA - Terapi Covid-19 yang terbuat dari campuran dua jenis antibodi efektif melawan berbagai varian virus corona pada penelitian tikus dan hamster, menurut Washington University School of Medicine di St Louis.
Antibodi digunakan untuk mengobati kasus Covid-19, dan beberapa kasus pernah menerapkannya. Semisal, mantan Presiden AS Donald Trump diobati oleh coktail antibodi oleh Regeneron Pharmaceuticals pada Oktober setelah ia dinyatakan positif Covid-19.
Studi terbaru termasuk tiga dari empat varian yang telah ditetapkan sebagai "varian yang menjadi perhatian" oleh Organisasi Kesehatan Dunia, termasuk Alpha, pertama kali diidentifikasi di Inggris, Beta, pertama ditemukan di Afrika Selatan dan Gamma ditemukan di Brasil, serta sebuah varian yang muncul dari India mirip dengan varian Delta yang menjadi perhatian.
Badan Pengawas Obat dan Makanan AS pada bulan April mencabut otorisasi penggunaan darurat dari terapi antibodi tunggal Eli Lilly, bamlanivimab, dengan mengatakan ada peningkatan sirkulasi varian yang resisten terhadap terapi bila digunakan sendiri.
Penelitian lain sebelumnya menunjukkan bahwa beberapa terapi kombinasi antibodi tetap ampuh melawan varian virus corona yang muncul yang resisten terhadap terapi antibodi tunggal.
Studi terbaru menemukan bahwa kombinasi dua antibodi mampu mempertahankan potensi melawan varian bahkan ketika salah satu dari dua antibodi kehilangan sebagian atau semua kemampuan untuk menetralkan varian, dalam studi laboratorium.
Penelitian, yang dilakukan pada tikus dan hamster, menguji semua terapi antibodi tunggal dan kombinasi yang diizinkan untuk penggunaan darurat oleh FDA terhadap varian virus internasional dan AS yang muncul.
Para peneliti mengevaluasi terapi kombinasi resmi FDA yang dibuat oleh Regeneron, Eli Lilly dan terapi antibodi tunggal, sotrovimab, oleh Vir Biotechnology Inc dan GlaxoSmithKline Plc.
Mereka juga menilai antibodi yang saat ini dalam uji klinis oleh AbbVie Inc, Vir dan AstraZeneca.
"Resistensi muncul dengan beberapa monoterapi, tetapi tidak pernah dengan terapi kombinasi," tulis rekan penulis studi Jacco Boon dilansir dari Strait Times.