Bisnis.com, JAKARTA - Dr dr Reiva Farah Dwiyana, SpKK(K), PhD, FINSDV, FAADV dari Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung mengatakan bahwa pasien dengan gangguan autoimun vitiligo bisa mendapatkan vaksinasi COVID-19 dengan sejumlah syarat.
"Syaratnya, autoimun vitiligo sedang tidak menyebar. Vitiligo itu penyakit autoimun yang tidak sangat massif aktif seperti lupus sehingga bisa dilakukan vaksinasi COVID-19. Tapi kalau vitiligo sedang aktif, banyak titik-titik dan rambut putih sebaiknya ditunda dulu vaksinnya," kata dr Reiva dikutip dari Antara.
Pengurus PERDOSKI dan staf pengajar di Departemen Dermatologi dan Venereologi FK UNPAD itu juga mengingatkan agar para pasien vitiligo senantiasa menjaga imunitas tubuh. "Makanan yang dihindari misalnya yang berpengawet, mengandung pewarna dan frozen food."
Vitiligo sebenarnya adalah suatu penyakit depigmentasi didapat pada kulit, membran mukosa, dan rambut yang memiliki karakteristik lesi khas berupa makula berwarna putih susu (depigmentasi) dengan batas jelas dan bertambah besar secara progresif akibat hilangnya melanosit fungsional.
Terjadinya Vitiligo disebabkan oleh matinya sel melanosit yang bertugas memproduksi warna pada kulit.
Penyebab matinya sel tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti genetik atau keturunan, penyakit autoimun, dan faktor eksternal seperti terbakar sinar matahari, atau bahan kimia. Pada kasus vitiligo, bila gejala awal dapat terdeteksi dan segera mendapatkan penanganan yang tepat, penyakit ini dapat dicegah untuk berkembang pada tubuh penderita.
Prevalensi global vitiligo yaitu sekitar 0,5 persen sampai 2 persen tidak berbeda dengan prevalensi di Indonesia.
Populasi laki-laki dan perempuan yang mengalami penyakit ini seimbang, namun pada pasien perempuan dan kasus vitiligo pada anak masalah psikososial lebih terlihat dan menjadi masalah.