Bisnis.com, JAKARTA — Dokter Spesialis Penyakit Dalam, RA Adaninggar mengimbau masyarakat untuk berhati-hati menginterpretasi hasil swab antigen.
Ia menegaskan alat diagnostik Covid-19 mempunyai tingkat akurasi tertentu, jadi tidak bisa dibaca secara sembarangan.
"Akhir-akhir saya banyak mendapatkan cerita banyak orang didiagnosis langsung bukan Covid-19 hanya dengan 1x pemeriksaan swab antigen negatif. Tapi kemudian sekeluarga sakit semua, bahkan ada yang sampai meninggal, lalu setelah diperiksa ulang memang PCRnya positif tapi karena terlanjur merasa bukan Covid-19 akhirnya tidak isolasi dan menulari banyak orang,"
@drningz
Baca Juga Arti CT Value di Tes Swab PCR Covid-19 |
---|
Ning memaparkan, negatif itu belum tentu tidak sakit dan positif itu belum tentu sakit.
Hingga saat ini gejala Covid-19 tidak ada yang spesifik.
Gejalanya bisa macam-macam seperti demam, batuk, pilek, nyeri kepala, nyeri otot, mual, muntah, diare, mata merah, kemerahan kulit, hilang penciuman atau perasa, sesak, hingga penurunan kesadaran.
Namun, gejala tersebut tidak semua harus ada. Kadang gejala sangat ringan juga hanya dirasakan seperti masuk angin atau badan linu-linu.
Bahkan gejala-gejalanya bisa meniru penyakit lain.
Oleh karena itu, bila sudah ada gejala yang mencurigakan harus konsultasi ke dokter dan bisa dilakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan lab, foto rontgen, dan swab antigen atau PCR untuk memastikan.
Tapi di sisi lain, Ning juga mengingatkan dokter harus banyak belajar karena tidak sedikit pula salah diagnosis memang dilakukan para dokter.
Bahkan ada juga dokter yang mediagnosis Covid-19 sebagai tifus.
"Yuk belajar lagi beda gejalanya dan beda perjalanan penyakitnya karena diagnosis tifus itu juga bukan hanya dari tes widal. Pikirkan akibatnya, penularan dan monitor penyakit yang buruk. Yuk mari kita semua belajar dan terus berusaha bekerjasama semua untuk menghentikan penularan dan melawan virus ini," @drningz
#satgascovid19 #pakaimasker #sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua #ingatpesanibu