Masih banyak yang harus dipelajari tentang varian Delta
Informasi awal tentang keparahan Delta, termasuk penelitian dari Skotlandia yang menunjukkan varian Delta sekitar dua kali lebih mungkin dari Alpha, untuk mengakibatkan rawat inap pada individu yang tidak divaksinasi, tetapi data lain tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Dr. Yildirim mengungkapkan bahwa terdapat laporan gejala yang berbeda dari yang terkait dengan jenis virus corona asli.
“Sepertinya batuk dan kehilangan penciuman kurang umum. Sakit kepala, sakit tenggorokan, pilek, dan demam hadir berdasarkan survei terbaru di Inggris, di mana lebih dari 90 persen kasus disebabkan oleh strain Delta,” ungkapnya.
Selain itu, kekhawatiran baru muncul tentang adanya Delta Plus, yakni subvarian Delta yang telah ditemukan di Amerika Serikat, Inggris, dan negara lain.
“Delta Plus memiliki satu mutasi tambahan untuk varian Delta,” kata Dr. Yildirim.
Dr. Yildirim melanjutkan bahwa mutasi ini, yang disebut K417N, mempengaruhi protein lonjakan yang dibutuhkan virus untuk menginfeksi sel, dan itu adalah target utama mRNA dan vaksin lainnya.