Bisnis.com, JAKARTA – Sistem kekebalan tubuh yang kuat akan menjadi cara terbaik untuk menangkal infeksi dan penyakit. Namun, hal itu justru bisa bereaksi berlebihan dan akhirnya merugikan tubuh, salah satunya adalah badai sitokin yang membahayakan pasien Covid-19.
Baru-baru ini kita kembali mendengar istilah badai sitokin yang terjadi pada mentalis sekaligus YouTuber Indonesia Deddy Corbuzier. Melalui tayangan podcast, Deddy mengaku sempat kritis bahkan hampir meninggal dunia gara-gara badai sitokin.
Melansir dari dreliaz.org, Senin (23/8/2021), sitokin merupakan protein yang disekresikan oleh sel-sel sistem kekebalan tubuh. Ketika mereka bekerja secara normal, sitokin memiliki peran penting dalam membantu sistem kekebalan berfungsi dengan baik.
Tugas sistem kekebalan adalah mencari dan menghancurkan patogen yang menyerang yang mencoba membahayakan tubuh. Namun terkadang, sistem kekebalan tubuh dapat bereaksi berlebihan dan melepaskan terlalu banyak sitokin ke dalam darah sekaligus.
Selain itu, memiliki efek parah pada kesehatan dan kesejahteraan tubuh. Respon inflamasi intens yang disebabkan oleh badai sitokin dapat menyebabkan kerusakan organ, kegagalan beberapa organ, dan bahkan kematian.
Lantas, bagaimana seseorang bisa tetap sehat sambil menangkal badai sitokin? Berikut 10 cara menghindari badai sitokin. Simak dan waspadai gejalanya!
1. Jangan “meningkatkan” sistem kekebalan tubuh
Anda mungkin pernah membaca tentang pentingnya meningkatkan sistem. Tetapi, praktik ini bisa menimbulkan konsekuensi yang tidak Anda inginkan.
Sistem kekebalan mungkin merespons secara berlebihan terhadap ancaman nyata atau yang dirasakan dengan badai sitokin yang berpotensi menyebabkan kerusakan jangka panjang. Inilah mengapa penting untuk tidak meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
2. Seimbangkan sistem kekebalan tubuh
Alih-alih meningkatkan sistem kekebalan tubuh, fokuslah untuk menjaganya agar tetap seimbang. Sistem kekebalan yang seimbang bekerja selaras dengan bagian tubuh lainnya sehingga tidak bereaksi berlebihan atau kurang terhadap patogen yang menyerang. Cara ini sebenarnya hanya melibatkan pilihan gaya hidup sehat yang sama yang mencegah sebagian besar masalah kesehatan utama.
3. Kurangi stres
Stres menyebabkan peradangan dalam tubuh dan melemahkan sistem kekebalan tubuh. Jadi, penting untuk menjaga stres agar dapat menyeimbangkan sistem kekebalan tubuh. Meskipun tidak mungkin untuk menghilangkan setiap stresor dalam hidup Anda, mereka seringkali dapat dikelola.
Langkah pertama untuk mengelola stresor adalah menyadari apa itu stres. Cobalah membuat jurnal atau berjalan-jalan sendiri (meninggalkan ponsel di rumah) untuk memberikan waktu untuk mempertimbangkan dan mengenali apa yang menyebabkan stres. Sulit untuk mengelola stres jika kita tidak tahu apa itu, jadi langkah pertama ini adalah kuncinya.
Setelah teridentifikasi, temukan cara yang sehat untuk menghadapinya. Cobalah bermeditasi atau atur timer di ponsel Anda beberapa kali sehari untuk berhenti sejenak dan melakukan latihan pernapasan dalam. Latihan seperti yoga dan tai chi adalah cara yang produktif dan aktif untuk mengelola stresor. Anda juga bisa mengobrol dengan teman yang dapat Anda percaya atau terapis untuk mengelola stres secara efektif dalam jangka panjang.
4. Olahraga secara teratur
Cara lain untuk menyeimbangkan sistem kekebalan tubuh dan menghindari badai sitokin adalah dengan berolahraga secara teratur. Setidaknya, orang dewasa harus olahraga sedang selama 150 menit per minggu. Misalnya, olahraga 25 menit selama 6 hari atau 30 menit selama 5 hari.
Jika Anda senang bermain game, cobalah bermain bola sepak atau bulu tangkis bersama beberapa teman atau anak Anda. Kegiatan berkebun juga dapat dianggap sebagai olahraga ringan. Begitu pula dengan berjalan, bersepeda, dan berenang.
5. Konsumsi makanan sehat
Menutrisi tubuh dengan pola makan yang sehat adalah salah satu cara terbaik untuk menjaga keseimbangan sistem kekebalan tubuh. Pastikan untuk makan banyak buah dan sayuran, memasak daging dengan benar, dan tidak terlalu banyak mengonsumsi gorengan.
6. Tidur Cukup
Tubuh yang lelah seringkali berarti sistem kekebalan tubuh yang lelah. Kebanyakan orang dewasa membutuhkan 7–9 jam tidur setiap malam.
Jika Anda sulit tidur, cobalah mereda dan mematikan layar setidaknya setengah jam sebelum waktu tidur. Hindari cahaya berlebih dengan tirai tebal, dan gunakan teknik relaksasi seperti pemindaian tubuh untuk membantu Anda bersantai sebelum tidur.
7. Konsumsi citrus pektin yang dimodifikasi
Citrus pektin yang dimodifikasi merupakan suplemen yang dapat membantu menghindari badai sitokin. Suplemen ini mampu mengikat galektin-3, yaitu protein yang telah terbukti terlibat dalam respons hiperinflamasi yang menyebabkan badai sitokin.
Bukan hanya itu, galectin-3 juga memiliki peran kunci dalam fibrosis yang menyebabkan kerusakan jaringan organ selama badai sitokin. Ketika suplemen ini mengikat galektin-3, itu mencegahnya lepas kendali.
Citrus pektin juga dapat mengontrol fibrosis hati dan ginjal, menjaga organ-organ tersebut agar tidak rusak dalam jangka panjang. Formulasi suplemen ini telah terbukti mudah diserap ke dalam aliran darah sehingga dapat memblokir badai galektin-3 dan sitokin.
8. Hindari makanan yang meningkatkan sistem kekebalan
Beberapa makanan dan herbal diketahui dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Oleh karena itu harus dihindari atau tidak dikonsumsi secara berlebihan, seperti elderberry, jeruk, paprika merah, brokoli, papaya, dan kiwi.
9. Konsumsi makanan anti-inflamasi dan herbal
Di sisi lain, beberapa makanan dan herbal dapat membantu mencegah peradangan dalam tubuh. Cobalah makan makanan anti-inflamasi seperti kunyit, merica, thyme, oregano, makanan laut, minyak ikan, serai, rosemary, sage, dan delima. Makanan ini dapat membantu Anda menghindari badai sitokin.
10. Ketahui gejala badai sitokin
Semakin cepat seorang pasien dapat mencari bantuan medis untuk badai sitokin, semakin kecil kemungkinan tubuh mereka akan mengalami kerusakan yang parah. Berikut ini adalah gejala badai sitokin:
• Demam tinggi
• Peradangan (kemerahan dan bengkak)
• Ruam
• Kelelahan parah
• Mual parah
• Perubahan status mental
• Peningkatan denyut jantung
• Pernapasan cepat yang tidak normal
• Tekanan darah rendah
• Pembengkakan kelenjar getah bening
• Pembesaran organ, terutama hati dan limpa.