Bisnis.com, JAKARTA - Apa sih sebenarnya kriteria orang yang sudah merdeka secara finansial?
Adalah mereka yang sudah merasa aman dan tidak cemas akan masa depan berkat investasi dan tabungan yang telah dipersiapkannya misalnya ketersediaan dana darurat, pendidikan anak, dan untuk menikmati masa pensiun kelak.
Kalangan generasi milenials kerap terjepit dalam siklus sandwich generation, yaitu dimana seseorang harus bisa mencukupi kebutuhan ekonomi dan memikul tanggung jawab finansial secara lintas generasi.
Istilah sandwich generation bukan hal baru, bahkan sudah dikenal sejak 1981 oleh Dorothy Miller seorang profesor dan dosen dari Universitas Kentucky, Amerika Serikat. Contohnya di Indonesia, menurut laporan Indonesia Millennial Report 2020 dan Data LIPI (Pusat Penelitian Kependudukan) menyimpulkan bahwa populasi milenials di tanah air adalah sebesar 63,5 juta jiwa dan hampir 68% diantaranya mengalami penurunan penghasilan sejak pandemi berlangsung.
Efek pandemi telah menyebabkan sekitar 25% populasi millenials harus melego aset untuk bertahan hidup dan bertanggung jawab atas kesejahteraan antar anggota keluarga dalam lintas generasi, atau sederhananya, terhimpit beban sandwich.
Steffano Ridwan, Direktur, Community Financial Services, Maybank Indonesia mengatakan, pandemi berkepanjangan menuntut masyarakat untuk dapat beradaptasi dengan cermat dalam mengelola keuangan untuk memenuhi kebutuhan esensial yang kritis.
"Kiat perencanaan dan pengelolaan keuangan individu pun harus disesuaikan dengan kondisi yang sedang dihadapi terlebih bagi generasi sandwich millennial yang juga memikul tanggung jawab finansial lintas generasi. Semangat dan disiplin untuk menciptakan tujuan kemerdekaan finansial harus tetap menjadi komitmen dan faktor terpenting dari nasabah”. ujarnya dalam keterangan tertulisnya.
Berikut adalah beberapa kiat jitu bagi individu untuk menggapai cita-cita kemerdekaan finansial dari Bank Maybank Indonesia :
1. Evaluasi kondisi keuangan
Evaluasi dengan cermat cash flow dan kondisi keuangan sebagai langkah awal untuk mengukur taraf kesejahteraan, kebijakan dalam mengelola keuangan, dan mulai menentukan porsi dana yang wajib ditabung atau diinvestasikan guna mencapai kemerdekaan finansial di kemudian hari.
Seimbangkan keuangan dan persiapkan dana darurat untuk keperluan mendesak.
Belajar dari pandemi, persiapkan dana darurat untuk skenario musibah atau malapetaka dalam rekening terpisah. Ada pun rumus umum yang dipergunakan oleh financial planner ternama, yaitu nilai tabungan haruslah minimal 6 kali jumlah pengeluaran bulanan.
2. Diversifikasi Risiko Untuk Keuntungan Jangka Panjang
Di samping produk tabungan untuk memulai kemerdekaan finansial, produk investasi reksadana[7] Maybank Indonesia juga bisa menjadi opsi untuk melengkapi perencanaan keuangan masa depan. Investasi reksadana Maybank Indonesia ini pun mudah diakses Nasabah melalui M2U ID App dan dapat dimulai dari hanya Rp100,000,- saja serta Nasabah dapat melakukan pembelian dan penjualan reksadana serta memantau perkembangan nilainya melalui satu aplikasi tersebut. Tersedia berbagai jenis reksadana hingga obligasi dengan tingkat risiko yang beragam.
3. Tetapkan Skala Prioritas dan Kendalikan Gaya Hidup
Hal ini merupakan upaya penting yakni menentukan skala prioritas dalam menyikapi keuangan untuk kemerdekaan financial. Terapkan moda optimise value and save more ke seluruh aspek pengelolaan keuangan. Moda tersebut akan mendorong Nasabah untuk mendapatkan nilai lebih (value added) terhadap pengeluaran untuk kebutuhan hidup sehingga Nasabah pun masih dapat menyisihkan dana untuk kemerdekaan finansialnya.
Salah satu metode untuk mengendalikan pengeluaran bulanan yaitu 50/20/30[8] yang dicetuskan Elizabeth Warren, senator Amerika Serikat, dimana 50 persen disishkan untuk needs (kebutuhan), 20 persen untuk savings (tabungan), serta 30 persen untuk wants (keinginan) dan jika kita aplikasikan saat ini ada yang bisa disisihkan untuk berdonasi atau sedekah rutin.
4. Investasi Untuk Membeli Properti Idaman
Berdasarkan data Q2[9] 2021, Indonesia Property Market Index (IPMI) mencatat bahwa kenaikan indeks harga properti dari Q1 ke Q2 sebesar 2,24 persen dan 1,97 persen YoY, menggambarkan pertumbuhan tinggi biaya properti di masa mendatang.