Virus corona varian beta
Health

Ini Penyebab Munculnya Varian Baru dan Mutasi Virus Covid-19

Newswire
Kamis, 16 September 2021 - 14:18
Bagikan

Bisnis.com, SOLO - Seiring berjalannya waktu, virus covid-19 bisa berubah atau bermutasi dan memunculkan variasi baru.

Direktur Pascasarjana Universitas YARSI Jakarta Tjandra Yoga Aditama membeberkan penyebab virus SARS-CoV-2 bisa bermutasi.

Menurutnya, ada beberapa aspek yang berperan dalam mutasi virus, bahkan sampai muncul varian baru.

“Secara sederhana, kejadian apa pun di ilmu kesehatan itu tergantung tiga hal, manusia itu sendiri, penyebab penyakit, dan lingkungan. Jadi keseimbangan dan ketidakseimbangan dari aspek itu berperan,” ujar Tjandra pada Rabu, (15/9/2021).

Untuk kondisi lingkungan, Tjandra mencontohkan, pada awal pandemi, Covid-19 menyebar pada Januari-Maret 2020 di musim dingin sehingga memunculkan argumen bahwa virus SARS-CoV-2 itu akan hilang ketika musim panas dengan aspek lingkungan berpengaruh.

Namun begitu musim panas datang, Covid-19 tidak hilang.

Bahkan di India dengan kondisi cuaca yang cukup panas sempat mengalami lonjakan kasus yang sangat tinggi.

“Jadi dalam aspek lingkungan terbantahkan bukan secara ilmiah, tapi dengan kondisinya,” ucap Tjandra, dikutip dari Tempo.

Di sisi lain, dari segi manusia atau host dan penyebab penyakit, jelas virus membutuhkan tempat untuk hidup, yaitu manusia, binatang, bahkan bukan tidak mungkin juga termasuk tanaman.

Menurutnya, adanya virus Covid-19 akan terus ada selama ada penularan sesama manusia.

Jika penularan di masyarakat tinggi, maka replikasi virusnya pasti bertambah banyak.

Seiring dengan bertambahnya waktu, virus melakukan copy paste tubuhnya, cuma tidak sama persis.

Nah, saat itulah virus bermutasi dengan merubah sebagian bentuknya.

Jika virus berubah total, maka varian baru virus Covid-19 akan muncul.

“Kalau bagian yang berubahnya cukup banyak, itu bisa memunculkan varian baru. Nah itu konsep umum tentang mutasi virus,” tutur Tjandra.

Sejalan dengan Tjandra, Dosen Pascasarjana Biomedis di Universitas YARSI, Ahmad Rusdan Handoyo Utomo juga mengatakan hal yang sama.

"Virus untuk bisa berubah perlu “bertemu” dengan manusia. Karena di situlah penggandaan itu terjadi, copy paste terjadi,” ujar Ahmad.

Peraih gelar PhD Molecular Medicine, University of Texas Health Science Center, Amerika Serikat itu mengatakan Covid-19 varian baru biasanya muncul di wilayah yang belum terkendali penanganannya, seperti di Kolombia, Brasil, termasuk India yang sempat melonjak tajam kasusnya.

Sementara di Cina, tempat diduga pertama kali virus diidentifikasi tidak ada varian baru, karena langsung terkendali dengan pembatasan sosial yang ketat.

Artinya, kata Ahmad, ketika virus bisa menemukan inang yang imunokompromi—menurunnya sistem imun—khususnya pada para lansia, itu akan menjadi masalah dan virus bisa bertahan lama dan tidak bisa kemana-mana.

Tapi, terhadap orang yang sehat, virus cukup dua minggu bisa hilang.

“Nah orang dengan imunokompromi itu jadi produser mutan. Ketika orang itu akhirnya mengembuskan napasnya keluar, itu yang muncul kan bisa jadi mutasi atau varian tertentu,” tutur Ahmad.

Lulusan Postdoctoral Fellow Department of Pathology Harvard Medical School, Boston, Amerika Serikat itu, juga mengingatkan bahwa ketika varian virus itu sudah termodifikasi, maka bisa mengenai berbagai macam orang.

“Baik orang yang belum divaksin, maupun orang yang sudah divaksin,” katanya.

Penulis : Newswire
Sumber : Tempo
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro