Bisnis.com, JAKARTA - Menurut banyak peneliti, efektivitas dari vaksin COVID dan kekebalan yang diperoleh darinya dapat menurun dari waktu ke waktu, terutama pada mereka yang kekebalannya terganggu, orang yang berusia di atas 65 tahun dan mereka yang memiliki kondisi yang mendasarinya.
Juga, orang-orang yang pertama kali menerima suntikan COVID mereka, misalnya, dokter, perawat, petugas kesehatan, juga harus menjadi yang pertama menerima dosis booster mereka.
Para ahli percaya bahwa antibodi penangkal virus yang diinduksi oleh vaksin COVID adalah normal untuk berkurang selama periode waktu tertentu. Mengingat bahwa virus bermutasi, individu yang divaksinasi penuh tetap berisiko, karena kemanjuran vaksin dapat berkurang secara bersamaan.
Data uji klinis sehubungan dengan vaksin mRNA yang dikembangkan oleh Pfizer-BioNTech dan Moderna dan vaksin sekali pakai seperti vaksin Johnson & Johnson Jannsen terbukti kurang efektif dari waktu ke waktu. Sementara mereka terus melindungi orang dari penyakit parah dan risiko rawat inap, secara ilmiah, dapat dikatakan bahwa kekebalan vaksin berkurang seiring waktu.
Ini membawa pada rencana suntikan booster. Di tengah pembicaraan seputar vaksin booster, pencampuran dan pencocokan vaksin COVID dipandang sebagai teknik lain untuk meningkatkan efektivitas vaksin.
Mix and match vaksin COVID mengacu pada proses pemberian satu merek vaksin sebagai dosis pertama dan kemudian dosis kedua dengan merek vaksin lain.
Beberapa negara kini sudah mulai memadupadankan inokulasi rakyatnya. Pejabat Eropa, termasuk Kanselir Jerman Angela Merkel menerima dosis kedua vaksin Moderna setelah menerima vaksin AstraZeneca sebagai dosis pertamanya, membuatnya tampak lebih mungkin bagi masyarakat umum.
Saat ini, tidak ada cukup data menyimpulkan bahwa penguat COVID-19 dapat dicampur dengan aman dengan berbagai merek vaksin COVID-19. Sesuai Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), "Untuk orang yang menerima seri vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech atau Moderna, dosis ketiga dari vaksin mRNA yang sama harus digunakan. Seseorang tidak boleh menerima lebih dari tiga dosis vaksin mRNA."
"Jika produk vaksin mRNA yang diberikan untuk dua dosis pertama tidak tersedia atau tidak diketahui, produk vaksin mRNA COVID-19 dapat diberikan."
Apakah ada manfaat mencampur vaksin COVID?
Sebuah studi Lancet yang berbasis di Inggris menemukan bahwa pencampuran dosis vaksin AstraZeneca (juga dikenal sebagai Covishield di India) dengan vaksin mRNA menghasilkan respons kekebalan yang lebih kuat terhadap virus Sars-COV-2 dibandingkan dengan dua dosis AstraZeneca.
Sementara studi tentang booster vaksin masih berlangsung, bukti yang ada menunjukkan bahwa itu aman dan efektif.
#ingatpesanibu #sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua