Bisnis.com, JAKARTA - Obat antivirus Molnupiravir berpotensi menjadi obat antivirus bagi pasien Covid-19 yang terinveksi virus corona. Bagaimana khasiatnya?
Ahli kesehatan, sekaligus ahli epidemiologi Universiti Malaya Prof Datuk Dr Awang Bulgiba Awang Mahmud mengatakan obat antivirus itu bisa mengurangi penularan dan infeksi Covid-19 pada pasien.
"Molnupiravir seharusnya menekan replikasi virus SARS-CoV-2 jadi sangat diharapkan itu akan terbukti efektif melawan varian dengan mutasi yang terjadi pada protein lonjakan," ujarnya mengutip pada thestar.com (11/10/2021).
Kelebihan Molnupiravir adalah dapat diminum secara oral (melalui mulut), sehingga dapat diberikan kepada pasien rawat jalan. Awang menambahkan bahwa obat antivirus ini tidak akan menghilangkan kebutuhan vaksin.
Pada hari Kamis (7/10/2021), pemerintah Malaysia menandatangani perjanjian dengan Merck Sharp & Dohme untuk pengadaan 150.000 kursus Molnupiravir. Menteri Kesehatan Malaysia, Khairy Jamaluddin metuturkan bahwa pengadaan obat antivirus ini sebagai bentuk persiapan memasuki fase endemis dan hidup dengan virus Covid-19.
Khairy juga mengungkapkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh Merck telah menemukan bahwa Molnupiravir mampu mengurangi tingkat keparahan akibat infeksi hingga 50 persen pada pasien rawat inap di rumah sakit dan efektif terhadap varian Covid-19 yang lebih menular termasuk varian Gamma, Delta, dan Mu.
Kendati demikian, perlu ditekankan bahwa Molnupiravir tidak mencegah infeksi Covid-19 melainkan hanya untuk pengobatan, yang nantinya pil tersebut juga akan diberikan secara gratis kepada pasien Covid-19 dengan gejala sekitar lima hari atau pasien kategori 3 hingga 5.
Seorang konsultan mikrobiologi klinis Universiti Putra Malaysia, Prof Dr Zamberi Sekawi memaparkan bahwa obat Molnupiravir akan menjadi senjata dalam melawan virus.
“Kami sekarang memiliki pil antivirus oral yang memberikan banyak fleksibilitas dalam merawat pasien Covid-19. Jika bukan karena pil oral tersebut maka pasien masih perlu dirawat di rumah sakit,” katanya.
Dalam menyangkut keamanan pil, Dr Zamberi yang juga presiden Malaysian Society of Infectious Diseases and Chemotherapy menuturkan bahwa dikarenakan pil Molnupiravir masih tergolong baru, maka diperlukan kebutuhan untuk memantau efek sampingnya.