Diet/Endoc
Health

10 Alasan Diet Yo-Yo Berdampak Buruk Bagi Kesehatan 

Ithamar Yaomi DC
Senin, 18 Oktober 2021 - 22:55
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Diet yo-yo yang dikenal sebagai yoyo effect atau weight cycling menggambarkan kondisi pola penurunan berat badan yang kemudian mendapatkan berat badan itu kembali secara cepat dan berulang setelah melakukan Diet

Efek yoyo biasanya terjadi pada orang yang tidak konsisten dalam memilih jenis pola makan, dan diet ini umum dilakukan oleh 10 persen pria dan 30 persen wanita pernah melakukannya. 

Namun realitanya, diet yoyo ini banyak memberikan dampak buruk untuk kesehatan. Oleh karena itu, melansir pada healthline.com, Senin (18/10/2021) berikut 10 alasan kuat mengapa diet yoyo ini tidak baik untuk kesehatan tubuh. 

1. Peningkatan nafsu makan menghasilkan lebih banyak berat badan dari waktu ke waktu

Selama diet, kehilangan lemak menyebabkan penurunan kadar hormon leptin, yang biasanya membantu tubuh untuk merasa kenyang. Jika dalam keadaan normal, simpanan lemak akan melepaskan leptin ke dalam aliran darah, yang mengartikan menjadi sinyal untuk tubuh bahwa simpanan energi tersedia, untuk mengarahkan agar makan lebih sedikit. 

Namun saat kehilangan lemak, kadar leptin menurun sedangkan nafsu makan meningkat. Hal ini menyebabkan nafsu makan kian meningkat saat tubuh mencoba untuk memasok cadangan energi yang terkuras. Selain itu, hilangnya massa otot selama diet menyebabkan tubuh menghemat energi. 

Ketika kebanyakan orang menggunakan diet jangka pendek untuk menurunkan berat badan, pada diet yoyo justru akan mendapatkan kembali 30-65 persen dari berat badan yang hilang dalam satu tahun. Ditambah, telah diketahui bahwa satu dari tiga pelaku diet berakhir lebih berat dari sebelum mereka berdiet. 

2. Persentase lemak tubuh lebih tinggi

Dalam beberapa penelitian, diet yo-yo telah menyebabkan peningkatan persentase lemak tubuh. Hal itu dikarenakan selama fase penambahan berat badan dari diet yo-yo, lemak diperoleh kembali lebih mudah daripada massa otot, yang mengindikasikan dapat menyebabkan persentase lemak tubuh meningkat selama beberapa siklus. 

Dalam satu ulasan, 11 dari 19 penelitian menemukan bahwa riwayat diet yo-yo memprediksi persentase lemak tubuh yang lebih tinggi dan lemak perut yang lebih besar. Hal ini dapat menyebabkan perubahan lain yang membuat lebih sulit untuk menurunkan berat badan. 

3. Menyebabkan kehilangan otot

Selama diet penurunan berat badan, tubuh kehilangan massa otot serta lemak karena lemak diperoleh kembali lebih mudah daripada otot setelah penurunan berat badan, yang dapat menyebabkan lebih banyak kehilangan otot dari waktu ke waktu. 

Kehilangan otot selama diet juga menyebabkan penurunan kekuatan fisik yang dapat dikurangi dengan olahraga, termasuk latihan kekuatan.  Dengan berolahraga berfungsi memberi sinyal pada tubuh untuk menumbuhkan otot, bahkan ketika bagian tubuh lainnya sedang melangsingkan badan. 

Untuk mencegah hal ini dapat dilakukan dengan  berolahraga dan rutin mengonsumsi sumber protein berkualitas untuk mengurangi kehilangan otot. 

Hal tersebut diperkuat pada suatu studi yang menunjukkan bahwa ketika 114 orang dewasa mengonsumsi suplemen protein saat mereka menurunkan berat badan, mereka kehilangan lebih sedikit massa otot. 

4. Berat badan menyebabkan hati berlemak

Yaitu ketika tubuh menyimpan kelebihan lemak di dalam sel-sel hati. Obesitas adalah salah satu faktor risiko untuk mengembangkan hati berlemak, dan penambahan berat badan meningkatkan kemungkinan untuk mengalami faktor tersebut. 

Hati berlemak biasanya dikaitkan dengan perubahan cara hati memetabolisme lemak dan gula, meningkatkan risiko diabetes tipe 2. Kadang-kadang juga dapat menyebabkan gagal hati kronis (sirosis). 

5. Peningkatan risiko diabetes

Diet yo-yo juga umumnya dikaitkan dengan kemungkinan lebih tinggi terkena diabetes tipe 2, meskipun tidak semua penelitian menemukan bukti untuk pernyataan tersebut. 

Pada beberapa tinjauan penelitian menunjukkan bahwa riwayat diet yo-yo memprediksi diabetes tipe 2 dalam empat dari 17 penelitian. Selanjutnya pada sebuah penelitian terhadap 15 orang dewasa menunjukkan bahwa ketika peserta mendapatkan kembali berat badan setelah 28 hari penurunan berat badan, sebagian besar yang diperoleh adalah lemak perut. 

Sebagai informasi, lemak perut lebih cenderung menyebabkan diabetes daripada lemak yang disimpan di lokasi lain, seperti lengan, kaki, atau pinggul. Bahkan pada satu studi pada tikus menunjukkan peningkatan kadar insulin (gejala awal diabetes) menjalani siklus berat badan selama 12 bulan, dibandingkan dengan tikus yang mengalami kenaikan berat badan secara konsisten. 

Meskipun diabetes belum terlihat dalam semua penelitian manusia tentang diet yo-yo, tetap hal itu mungkin paling meningkat pada orang yang memiliki berat badan lebih tinggi daripada sebelum diet mereka.

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro