Sarang burung walet dari Indonesia diperdagangkan di Central China Import dan Export Comodities Center, di Kota Changsha, Provinsi Hunan./Bisnis Indonesia/Akhirul Anwar
Relationship

Memburu Sehat dan Cuan dari Liur Burung Walet

Rezha Hadyan
Selasa, 11 Januari 2022 - 16:19
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Bicara soal makanan yang kaya akan nutrisi dengan banyak manfaat bagi tubuh atau makanan super, tentu saja tak bisa dilepaskan dari sarang burung walet. Makanan yang satu ini sudah berabad-abad lamanya dikenal sebagai makanan super, khususnya oleh masyarakat China atau keturunan Tionghoa.

Burung walet menggunakan air liurnya untuk membuat sarang. Sarang ini lama – kelamaan akan mengeras dan menjadi sarang burung walet yang kemudian diolah menjadi makanan dengan harga jual cukup fantastis.

Sebagai contoh, salah satu olahan sarang burung walet, yakni sup sarang burung walet semangkuknya dijual dengan harga jutaan rupiah. Karena itu, makanan yang satu ini juga dianggap sebagai makanan mewah, alih-alih makanan super saja.

Menurut Ketua Umum Perkumpulan Pengusaha Sarang Burung Indonesia (PPBSI) Boedi Mranata, per kilogramnya sarang burung walet saat ini dijual di rentang harga Rp8 juta-35 juta tergantung kualitas dan jenisnya. Terdapat tiga jenis sarang burung walet yang dihasilkan oleh tiga spesies berbeda.

Spesies tersebut meliputi burung walet sarang putih (Collocalia fuciphaga), burung walet sarang hitam (Collocalia maxima), dan sriti (Collocalia esculenta). Burung walet yang sarangnya dibudidayakan di Indonesia sebagian besar adalah burung walet putih.

"Sarang burung walet putih kandungan liurnya tinggi bisa lebih dari 95 persen. Untuk sriti sedikit lebih rendah [kandungan liurnya] dan bercampur dengan dahan-dahan pohon. Kemudian sarang burung walet hitam kandungan liurnya 40-60 persen bercampur bulunya," papar Boedi kepada Bisnis, belum lama ini.

Khusus untuk burung walet sarang hitam, Boedi menyebut sarangnya tidak bisa dibudidayakan menggunakan bangunan budidaya atau rumah walet. Sarangnya harus diambil langsung dari dalam goa dan hanya ditemukan di beberapa daerah.

"Jumlahnya kecil, kurang dari 5 persen. Karena memang yang bisa diekspor ke China sebagai pasar utama itu. Sarang burung walet hitam ini hanya sebagian kecil dan pemain atau eksportirnya juga tertentu," ungkapnya.

Terkait dengan ekspor sarang burung walet Indonesia, Boedi menyebut 80 persen dikirim ke Negeri Tirai Bambu. Sisanya, dikirimkan ke negara-negara dengan populasi masyarakat keturunan Tionghoa cukup banyak.

"Kalau di dalam negeri ini tidak besar, akan tetapi ada kenaikan karena masyarakat kita juga sudah tahu manfaatnya. Khususnya masyarakat keturunan Tionghoa ya. Sekarang dari 1 persen [total produksi] naik menjadi 3 persen yang dikonsumsi masyarakat kita," tuturnya.

Produksi sarang burung walet Indonesia sejauh ini mencapai angka 1.300 ton per tahunnya. Angka tersebut menurun lantaran sejumlah faktor, utamanya adalah faktor alam di beberapa daerah tak lagi bersahabat bagi burung walet atau sriti.

Sebagai contoh, industrialisasi yang masif di Jawa membuat produksi sarang burung walet di sejumlah sentra produksi mengalami penurunan signifikan. Saat ini, produksi sarang burung walet di Jawa menurun hingga 20 ton per tahun dari sebelumnya 100-an ton per tahun.

"Saat ini dari Jawa bergeser ke Sumatra, Kalimantan, kemudian Sulawesi. Kalimantan ini juga sudah mencapai titik jenuhnya, terutama saat musim kering," katanya.

Kemudian, terkait dengan kandungan yang ada pada sarang burung walet, menurut Boedi yang membuat harganya menjadi tinggi adalah glikoprotein berupa asam silikat. Kandungan tersebut berperan penting dalam membantu perkembangan otak bayi.

Selain itu, terdapat pula kandungan Epidural Growth Factor (EGF) yang bisa memicu perkembangan sel di tubuh kita. Sarang burung walet juga telah terbukti menjadi suplemen yang ampuh untuk menangkal paparan virus influenza.

"Oleh karena itu, karena adanya Covid-19 ini sarang burung walet jadi banyak diburu oleh masyarakat, khususnya [kalangan] menengah keatas. Konsumsinya tidak lebih dari 5 gram per hari normalnya. Jadi, tidak terasa begitu mahal," ujarnya.

Sarang burung walet yang kaya akan nutrisi dengan segudang manfaat ternyata juga bisa diolah menjadi bermacam produk, termasuk diantaranya adalah produk kecantikan atau kosmetik.

Seperti yang dilakukan oleh KlambirBirdNest.id lewat produk masker kecantikan PraMits Beauty. Menurut CEO KlambirBirdNest.id Irvan Didi Pramana masker tersebut merupakan masker kecantikan organik berbahan baku sarang burung walet yang diformulasikan khusus untuk membantu mengatasi permasalahan kulit wajah.

“Sarang burung walet berguna untuk membantu Proses Peremajaan Kulit. Epidermal Growth Factor [EGF] yang terkandung dalam sarang walet dapat merangsang produksi kolagen dalam jumlah tinggi,” katanya.

Selain itu, lanjut Irvan, sarang burung walet juga dapat memudarkan flek dan kerutan di wajah. Tidak hanya itu, sarang burung walet memiliki senyawa yang bisa mengurangi produksi melanin pada kulit serta meningkatkan kadar air di dalam tubuh.

Selain PramitsBeauty, KlambirBirdNest.id juga memproduksi Maroest Healthy. Produk tersebut merupakan minuman sarang burung walet putih yang diformulasikan khusus untuk menunjang gaya hidup sehat masyarakat luas.

Sebagai catatan, KlambirBirdNest.id adalah perusahaan rintisan binaan Science Techno Park (STP) IPB University. Irvan sendiri merupakan mahasiswa PB University dari Departemen Agribisnis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rezha Hadyan
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro