Bisnis.com, JAKARTA – BPA dalam air kemasan galon isi ulang disebut-sebut dapat menyebabkan masalah kesuburan. Tetapi, hal tersebut masih membutuhkan kajian lebih mendalam.
Kepala Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat, dr. Hasto Wardoyo, SpOG mengatakan diperlukan penelitian antar center untuk benar-benar membuktikan bahwa air kemasan galon guna ulang bisa menyebabkan infertilitas atau gangguan kesuburan pada sistem reproduksi pria dan wanita.
Menurutnya, jika baru info awal dan belum berbasis bukti yang kuat, maka perlu berhati-hati untuk menyampaikannya ke publik.
“Itu masih butuh riset multi center saya kira agar menjadi bukti yang kuat,” katanya dalam keterangan pers, Senin (7/2/2022).
Hasto mengatakan informasi itu perlu melihat dari sejumlah riset yang melibatkansejumlah universitas misalnya UGM, UNAIR, Universitas Indonesia, ditambah dengan beberapa negara misalnya Singapura dan Amerika Serikat.
“Setelah itu baru hasilnya dipadukan dan dilihat seperti apa kesimpulannya. Kalau baru info awal dan belum berbasis bukti yang level of evidence-nya kuat, itu harus hati-hati,” tambahnya.
Sebelumnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyebutkan air minum galon isi ulang sangat mengkhawatirkan bagi kesehatan.
Pernyataan tersebut mengutip hasil studi Cohort di Korea Selatan (Journal of Korean Medical Science) 2021 yang menyebutkan ada korelasi peningkatan infertilitas pada kelompok tinggi paparan BPA dengan odds ratio atau rasio paparan penyakit mencapai 4,25 kali.
Di sisi lain, Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin menegaskan air kemasan galon guna ulang aman untuk digunakan, baik oleh anak-anak dan ibu hamil. Menurutnya, isu-isu seputar bahaya penggunaan air kemasan air guna ulang yang dihembuskan pihak-pihak tertentu adalah hoaks.
“[Air kemasan galon guna ulang] Aman. Itu [isu bahaya air kemasan galon guna ulang] hoax,” katanya baru-baru ini.
Adapun, air minum galon guna ulang itu sudah mulai diedarkan sejak 1984. Terkait kesuburan atau infertilitas, data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Sensus Penduduk 2020, jumlah penduduk Indonesia mengalami peningkatan cukup signifikan dalam 10 tahun terakhir.
Ada penambahan jumlah penduduk sebanyak 32,56 juta jiwa atau rata-rata sebanyak 3,26 juta setiap tahun. Tingginya angka kelahiran ini menempatkan jumlah penduduk Indonesia berada pada urutan keempat terbanyak di dunia setelah Tiongkok, India, dan Amerika Serikat.
Pada masa pandemi Covid-19 yang masih berlangsung sampai saat ini, angka kelahiran juga makin meningkat. Menurut data BKKBN, angka kelahiran nasional pada Januari 2021 meningkat sekitar 300.000.
Menurut Hasto, penyebabnya adalah karena terganggunya layanan penyediaan kontrasepsi dan konsultasi Keluarga Berencana selama wabah Covid-19.