Bisnis.com, JAKARTA – Memasuki tahun ketiga pandemi Covid-19, varian virus Corona terus bertambah. Setelah dunia mengalami lonjakan kasus akibat Omicron, kini peneliti menemukan varian baru, yakni Deltacron.
Deltacron merupakan varian baru Covid-19 yang terdiri dari dua strain, yaitu Omicron dan Delta. Deltacron merupakan virus rekombinan atau virus keturunan.
Dilansir The Guardian pada Senin (14/3/2022), ahli virologi di University of Warwick Prof Lawrence Young mengatakan bahwa virus rekombinan akan muncul ketika lebih dari satu virus yang menginfeksi dan bereplikasi pada orang yang sama dan sel yang sama.
Sebuah komunitas ilmuwan global untuk berbagi informasi virus yang bernama Gisaid membuat postingan bahwa bukti kuat varian Deltacron dari Institut Pasteur di Prancis.
Di Mana Varian Deltacron Ditemukan?
Gisaid mengungkapkan bahwa varian virus ini sudah beredar sejak setahun lalu di Prancis. Ada juga laporan Deltacron terdeteksi di AS juga sekitar 30 kasus terdeteksi di Inggris menurut UK Health Security Agency [UKHSA] Inggris yang diperkirakan akan dikonfirmasi minggu ini.
Dr Etienne Simon-Loriere, peneliti dari Institut Pasteur memperingatkan mungkin ada beberapa virus rekombinan berbeda yang terbentuk dari Delta dan Omicron.
“Yang kita lihat di Prancis dan di Denmark/Belanda terlihat sangat mirip dan mungkin rekombinan yang sama [dengan virus induk yang sama] yang telah bepergian,” ungkapnya seperti dikutip dari The Guardian, Senin (14/3/2022).
Dr Etienne juga menambahkan bahwa kemungkinan rekombinan virus Delta-Omicron yang dilaporkan di negara-negara termasuk Inggris dan AS tampaknya menggabungkan bagian berbeda dari virus induknya, dan hal tersebut berbeda dengan Deltacron yang terlihat di Prancis.
Seberapa Mengkhawatirkan Varian Deltacron?
Para ahli menekankan bahwa varian rekombinan tidak jarang terjadi juga dalam hal ini varian Deltacron, bukan yang pertama dan bukan juga yang terakhir dari varian Covid.
“Ini terjadi setiap kali kita berada dalam periode peralihan dari satu varian dominan ke varian lain, dan biasanya merupakan keingintahuan ilmiah tetapi tidak lebih dari itu,” kata Dr Jeffrey Barrett, yang sebelumnya memimpin inisiatif genomik Covid-19 di Lembaga Wellcome Trust Sanger.
Kasus Deltacron yang teridentifikasi masih dalam jumlah yang kecil dan belum cukup data tentang keparahan dari varian ini juga seberapa efektif vaksin terhadapnya.
Soumya Swaminathan, kepala ilmuwan di Organisasi Kesehatan Dunia mengunggah sebuah tweet pada hari Selasa, (9/3/2022).
“Kami telah mengetahui bahwa peristiwa rekombinan dapat terjadi, pada manusia atau hewan, dengan berbagai varian #SarsCoV2 yang beredar. Perlu menunggu eksperimen untuk mengetahui sifat-sifat virus ini. Pentingnya pengurutan, analitik, dan berbagi data secara cepat saat kita menghadapi pandemi ini," cuitnya.
Namun, hal tersebut tidak bisa menjadi alasan kuat untuk mengkhawtirkan varian ini. UKHSA justru melihat varian ini tidak menunjukan tingkat pertumbuhan yang mengkhawatirkan.
"Ini telah terlihat di Inggris beberapa kali, dan sejauh ini tampaknya sangat langka di mana saja di dunia, dengan hanya beberapa lusin urutan di antara jutaan Omikron, jadi saya rasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan saat ini, meski saya yakin akan terus dipantau,” Ujar Barrett.
Jadi, dengan adanya kedua gelombang Covid-19 sebelumnya, seperti varian Delta dan Omnicron, serta sudah banyaknya vaksinasi maka setidaknya ada perlindungan untuk varian Deltacron ini.