Penyakit stroke bisa dicegah sejak usia muda dengan mengonsumsi makanan mengandung lemak tak jenuh.
Health

Gangguan Afasia: Penyebab, Gejala dan Cara Menanganinya

Alifian Asmaaysi
Kamis, 31 Maret 2022 - 14:25
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Gangguan afasia dihasilkan dari kerusakan pada area otak yang memproduksi dan memproses bahasa. Seseorang dengan afasia dapat mengalami kesulitan berbicara, membaca, menulis, dan memahami bahasa. 

Penurunan kemampuan ini dapat berkisar dari ringan hingga sangat parah (hampir tidak mungkin untuk berkomunikasi dalam bentuk apa pun. Beberapa orang yang mengidap gangguan afasia akan mengalami kesulitan dalam satu bidang komunikasi, seperti kesulitan menyusun kata-kata menjadi kalimat yang bermakna, kesulitan membaca, atau kesulitan memahami apa yang dikatakan orang lain. 

Gejala yang ditimbulkan oleh setiap orang yang mengidap gangguan afasia dapat berbeda-beda. Hal tersebut tergantung pada lokasi stroke atau cedera otak yang menyebabkan afasia, tingkat kerusakan, usia orang tersebut, kesehatan umum orang tersebut dan kemampuan untuk pulih.

Penyebab gangguan afasia

Afasia terjadi akibat kerusakan pada satu atau lebih area otak yang memegang kendali untuk memahami simbol bahasa. Afasia dapat terjadi secara tiba-tiba, seperti setelah stroke (penyebab paling umum) atau cedera kepala atau operasi otak, atau dapat berkembang lebih lambat, sebagai akibat dari tumor otak, infeksi otak, atau gangguan neurologis seperti demensia.

Gangguan Afasia seringnya disebabkan oleh stroke. Namun perlu diperhatikan bahwa semua jenis kerusakan yang terjadi pada otak berpotensi menyebabkan afasia. Misalnya trauma otak,tumor otak atau kelainan pada otak lainnya.

Afasia dapat terjadi pada siapa saja, tanpa memandang usia. Namun,gangguan afasia lebih sering terjadi pada mereka yang berusia paruh baya dan berusia lanjut. 

Gejala gangguan afasia

Tanda dan gejala afasia yang timbul dapat bervariasi tergantung pada bagian otak yang terkena, luasnya area yang terkena. Gejala yang mungkin terjadi antara lain:

  • Kesulitan memberi nama objek, tempat, peristiwa atau orang meskipun mereka dikenal oleh orang tersebut (fenomena “ujung lidah”)
  • Kesulitan mengekspresikan diri (menemukan kata-kata yang tepat) ketika berbicara atau menulis
  • Kesulitan memahami percakapan
  • Kesulitan membaca
  • Berbicara hanya dalam frasa pendek, yang diproduksi dengan susah payah

  

Simak jenis gangguan gejala afasia:

1. Afasia Global 

Pengidap afasia ini dinilai yang paling kompleks. Lantaran seseorang yang mengidap afasia global hanya dapat memproduksi dan memahami beberapa kosa kata saja. Selain itu, penderita afasia global tidak bisa membaca dan menulis.

2. Afasia Broca

Pada penderita afasia broca, mereka kerap kesulitan dalam menyampaikan pesan, dan cenderung menginformasikan pesan dengan kosa kata yang sangat terbatas dan menggunakan kata-kata singkat (biasa kurang dari empat buah kata).

Penderita Afasia Broca umumnya umumnya mampu mengerti kata-kata yang disampaikan lawan bicara kepadanya dengan cukup baik serta mampu membaca, namun mereka memiliki keterbatasan dalam menulis.

3. Mixed non-fluent afasia

Penderita kesulitan melafalkan sebuah kata dan hanya sedikit kata yang diucapkan, serupa dengan keadaan afasia Broca. Bedanya, penderita akan lebih kesulitan memahami kosa kata yang dilontarkan oleh lawan bicara kepadanya.

4. Afasia Anomik

Pengidap afasia anomik cenderung akan kesulitan dalam menemukan kata yang dapat menggambarkan maksud mereka. 

5. Afasia Wernicke

Para penderita afasia wernicke umumnya tidak memiliki masalah dalam memproduksi sebuah kata yang hendak diucapkan, namun mereka memiliki kesulitan dalam memahami sebuah kata yang diucapkan.

6. Afasia primer progresif

Afasia primer progresif terjadi akibat sindrom neurologis yang mengganggu kemampuan bahasa  seseorang secara progresif. Salah satu penyebab afasia ini adalah disebabkan oleh penyakit Alzherimer.

7. Pengobatan Gangguan Afasia

Salah satu yang dapat dilakukan oleh para pengidap gangguan afasia adalah dengan melakukan terapi bicara. Proses terapi dapat dilakukan dengan ahli patologi wicara-bahasa, termasuk latihan membaca dan menulis, latihan mendengarkan dan mengulang kata-kata, belajar keterampilan bahasa ekspresif seperti menggunakan ekspresi wajah dan gerak tubuh untuk berkomunikasi, mengikuti latihan arahan dan banyak lagi latihan. 

Jika cara belajar komunikasi tradisional tidak berhasil, pasien juga akan diajari cara lain untuk berkomunikasi, seperti menunjuk kartu dengan kata-kata, gambar atau gambar.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro