Obat Covid-19 buatan Pfizer, Paxlovid
Health

Duh! Pfizer Akui Obat Paxlovid Tak Ampuh Cegah Infeksi Covid-19

Newswire
Sabtu, 30 April 2022 - 16:26
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Produsen obat dan vaksin Covid-19 Pfizer pada Jumat (29/4/2022) mengatakan dalam uji coba besar-besaran ditemukan bahwa obat oral antivirus Covid-19 buatannya, Paxlovid, tidak ampuh mencegah infeksi virus Corona pada orang yang tinggal dengan pasien Covid-19

Menurut Pfizer, pengujian itu melibatkan 3.000 orang dewasa yang merupakan anggota keluarga yang terpapar oleh seseorang yang mengalami gejala dan baru-baru ini dinyatakan positif Covid-19. Partisipan diberikan Paxlovid selama 5-10 hari atau plasebo.

Partisipan yang masuk kelompok lima hari ditemukan 32 persen lebih kecil kemungkinannya terinfeksi dibanding kelompok plasebo. Angka itu naik menjadi 37 persen di kelompok 10 hari. Akan tetapi, hasil statistiknya tidak signifikan dan mungkin hanya kebetulan.

Pfizer menyebutkan data keamanan dalam uji coba tersebut konsisten dengan riset-riset sebelumnya, yang menunjukkan pil tersebut hampir 90 persen ampuh mencegah rawat inap atau kematian pada pasien Covid yang berisiko tinggi penyakit parah ketika mengonsumsi lima hari Paxlovid tak lama setelah muncul gejala.

"Meski kami kecewa dengan hasil riset khusus ini, hasil ini tidak berdampak besar pada efikasi dan data keamanan yang kami amati dalam uji coba kami sebelumnya untuk pengobatan pasien Covid-19," kata Kepala Eksekutif Pfizer Albert Bourla lewat pernyataan.

Pfizer mengatakan Paxlovid, yang terdiri atas dua antivirus yang berbeda, saat ini mengantongi izin bersyarat atau penggunaan darurat di lebih dari 60 negara di seluruh dunia untuk mengobati pasien Covid yang berisiko tinggi.

Sebelumnya, WHO membuat rekomendasi kuat terapi obat dengan kandungan untuk nirmatrelvir dan ritonavir, yang dijual dengan nama Paxlovid, untuk pasien Covid-19 ringan dan sedang dengan risiko tertinggi masuk rumah sakit.

Menurut WHO, obat itu sebagai pilihan terapi terbaik untuk pasien berisiko tinggi hingga saat ini.

Namun, ketersediaan, kurangnya transparansi harga dalam kesepakatan bilateral yang dibuat oleh produsen, dan kebutuhan untuk pengujian yang cepat dan akurat sebelum memberikannya, mengubah obat yang menyelamatkan jiwa ini menjadi tantangan besar bagi negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro