Bisnis.com, JAKARTA - Jika ia masih ada, Ismail Marzuki genap berusia 108 tahun pada tahun 2022 ini.
Ada dua hal yang membuat nama dan karya-karya komponis besar Indonesia ini tak lekang oleh zaman. Pertama, karena dia mencipta lagu dengan semangat memahami hati dan perasaan saudara sebangsanya.
Kedua, karena lagu-lagu ciptaannya terasa selalu aktual dan relevan pada setiap zaman. Sosok Ismail Marzuki atau Ismail Mz atau Bang Maing—putra Betawi kelahiran Kwitang, 11 Mei 1914, dikenal necis, sederhana, disiplin, dan mendapat anugerah bakat musik luar biasa; tetapi juga latar belakang penciptaan lagu, tema dan warna-warni irama lagu-lagunya, serta komentar kritis yang sempat disampaikan oleh sejumlah pemusik berpendidikan Barat.
Namanya sekarang diabadikan sebagai suatu pusat seni di Jakarta yaitu Taman Ismail Marzuki (TIM) di kawasan Cikini, Jakarta Pusat.
Ismail Marzuki memulai debutnya di bidang musik pada usia 17 tahun, ketika untuk pertama kalinya ia berhasil mengarang lagu "O Sarinah” pada tahun 1931. Ismail mempunyai ketertarikan yang mendalam pada bidang seni. Tahun 1936, Ismail memasuki perkumpulan orkes musik Lief Java sebagai pemain gitar, saxophone, dan harmonium pompa.
Pada tahun 1940, Ismail Marzuki menikah dengan Eulis Zuraidah, seorang primadona dari klub musik yang ada di Bandung di mana Ismail Marzuki juga tergabung di dalamnya. Pasangan ini kemudian mengadopsi seorang anak bernama Rachmi, yang sebenarnya masih keponakan Eulis.
Pada masa penjajahan Jepang, Ismail Marzuki turut aktif dalam orkestra radio pada Hozo Kanri Keyku Radio Militer Jepang. Ketika masa kependudukan Jepang berakhir, Ismail Marzuki tetap meneruskan siaran musiknya di RRI. Selanjutnya ketika RRI kembali dikuasai Belanda pada tahun 1947, Ismail Marzuki yang tidak mau bekerja sama dengan Belanda memutuskan untuk keluar dari RRI. Ismail Marzuki baru kembali bekerja di radio setelah RRI berhasil diambil alih. Ia kemudian mendapat kehormatan menjadi pemimpin Orkes Studio Jakarta. Pada saat itu ia menciptakan lagu Pemilihan Umum dan diperdengarkan pertama kali dalam Pemilu 1955.
Dalam waktu rentang 27 tahun menjadi komponis, Ismail Marzuki telah menciptakan hingga 250 lagu. Banyak penghargaan seni yang diberikan kepada Ismail karena dedikasi, perjuangan dan kecintaannya pada Tanah Air. Salah satunya adalah Piagam Wijayakusuma yang diberikan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1961.
Komunitas Masyarakat Peduli Indonesia (MPI) juga pernah merilis album kompilasi charity Tribute to Ismail Marzuki pada Agustus 2015 sekaligus memperingati 100 tahun kelahiran Ismail Marzuki, yang sebenarnya jatuh pada 2014. Beberapa persen dari hasil penjualan album akan disumbangkan untuk kegiatan sosial dan keluarga mendiang Ismail.
1. Gugur Bunga (1945) – Oldtimers
2. Rayuan Pulau Kelapa (1944) – Endank Soekamti
3. Juwita Malam (1950) – Slank
4. Indonesia Pustaka (1949) - Rossa
5. Wanita (1948) – Paul Latumahina
6. Sabda Alam (1950) – D’Masiv
7. Rindu Lukisan (1950)- Memes
8. Halo Halo Bandung (1946) – Cokelat
9. O Sarinah (1931) – Waldjinah
10. Sepasang Mata Bola (1946) - Sheila On 7