Bisnis.com, JAKARTA - Heichinrou, sebuah restoran China ikonik di Jepang yang didirikan 138 tahun lalu, terpaksa tutup karena bangkrut terimbas dampak pandemi covid.
Restoran itu resmi ditutup pada 2 Juni 2022 lalu.
Cabang utama restoran, yang terletak di Pecinan Yokohama yang terkenal, memulai proses kebangkrutan atas permintaan kreditur dengan total utang kemungkinan melebihi 300 juta yen (US$2,3 juta), menurut perusahaan riset Teikoku Databank dilansir dari The Star.
Didirikan pada tahun 1884 dan melayani orang asing yang menetap di kota pelabuhan selama Restorasi Meiji, restoran ini mengklaim gelar sebagai restoran China tertua yang ada di Jepang di situs webnya.
Restoran bertingkat itu, berada hanya beberapa menit dari gerbang utama Chinatown dan terkenal dengan masakan Kantonnya yang otentik, dan merupakan daya tarik utama bagi wisatawan dari seluruh Jepang dan luar negeri.
Industri makan dan minum sangat terpukul oleh pandemi karena seruan pemerintah untuk mempersingkat jam buka, hingga mencatat sekitar 536 pelaku usaha mengalami kebangkrutan, atau sekitar 15% dari 3.468 kebangkrutan nasional yang dilacak oleh Teikoku Databank.
Cabang Heichinrou lainnya di Tokyo, Osaka, dan Kitakyushu dioperasikan oleh perusahaan terpisah dan akan tetap buka.
Penjualan restoran mencapai 10,8 miliar yen pada tahun tersebut hingga Maret 2007, tetapi turun menjadi 6,5 miliar yen pada tahun 2016 karena biaya overhead yang tinggi dan penurunan ekonomi yang berdampak, kata Teikoku Databank. Penurunan bisnis akibat virus corona memberikan pukulan terakhir, dan cabang utama ditutup pada 15 Mei.
Ratusan ribu restoran tutup di AS
Di AS, banyak restoran terpaksa tutup pada tahun 2020. Lebih dari 110.000 tempat makan dan minum di Amerika Serikat tutup untuk bisnis baik sementara atau permanen.
Sementara itu, hampir 2,5 juta pekerjaan hilang, menurut National Restaurant Association melansir Fortune. Dan penjualan industri restoran dan jasa makanan turun US$240 miliar pada tahun 2020 dari tingkat yang diharapkan sebesar US$899 miliar.
Laporan tersebut mengkaji pergeseran dan tren tenaga kerja, menu, dan layanan (dalam dan luar lokasi), berdasarkan survei terhadap 6.000 operator restoran dan preferensi konsumen dari survei terhadap 1.000 orang dewasa per 1 Desember 2020.
Industri restoran dan jasa makanan telah diproyeksikan menyediakan 15,6 juta pekerjaan pada tahun 2020, mewakili 10% dari semua pekerjaan. Sejak pandemi dimulai, 62% operator fine dining dan 54% dari operator family dining dan casual dining mengatakan tingkat staf turun lebih dari 20% di bawah normal.
Restoran bangkrut selama pandemi
Sejumlah besar perusahaan restoran menyatakan kebangkrutan selama 2021 karena pandemi menggerus penjualan mereka.
12 bulan terakhir telah menjadi periode besar untuk kebangkrutan perusahaan restoran. Menurut penghitungan Restaurant Bussiness, 34 rantai restoran atau pewaralaba skala besar mencari perlindungan kebangkrutan sejak pandemi dimulai setahun yang lalu.
Itu lebih dari dua kali lipat 14 pengajuan kebangkrutan dari 12 bulan sebelumnya.
Angka ini, di luar dari pewaralaba yang mencari perlindungan utang. Diperkirakan 100.000 restoran telah tutup karena pandemi.
Pengajuan kebangkrutan tidak selalu berarti akhir dari sebuah bisnis. Ada juga restoran yang memilih melikuidasi usahanya, seperti yang dilakukan Garden Fresh Restaurants, pemilik Souplantation and Sweet Tomatoes, dan 55 unit Specialty's Café & Bakery.
Beberapa franchisee dijual ke perusahaan lain terutama NPC International, dijual dalam dua bagian ke Flynn Restaurant Group dan ke grup operator Wendy.
Ada beberapa restoran besar yang bangkrut selama pandemi termasuk NPC, Chuck E. Cheese dan California Pizza Kitchen. Beberapa lainnya mencari pinjaman utang, termasuk Ruby Tuesday, Sizzler, dan Friendly. Empat pemegang waralaba besar dan setidaknya dua restoran bioskop (Alamo Drafthouse Cinema, Studio Movie Grill) juga mencari pinjaman utang.
Banyak rantai restoran yang lebih besar juga memotong biaya untuk menghasilkan arus kas dari penjualan yang lebih rendah.