Bisnis.com, JAKARTA - Dua subvarian Omicron baru BA.4 dan BA.5 sekarang sudah masuk ke Indonesia.
Penelitian awal menunjukkan bahwa versi yang lebih baru mungkin lebih menular dan lebih mungkin menyebabkan infeksi terobosan daripada bentuk Omicron sebelumnya.
Para peneliti sedang bekerja untuk mengungkap karakteristik yang membuat BA.4 dan BA.5 unik. Data awal dari studi laboratorium menunjukkan varian telah berevolusi untuk menyebar lebih mudah, pertahanan kekebalan yang lebih baik, dan membuat orang sakit.
“Ini adalah permainan mutasi,” Kamlendra Singh, PhD, seorang profesor mikrobiologi molekuler dan imunologi di University of Missouri dilansir dari Verywealth.
Ketika Omicron pertama kali muncul, tampaknya menyebabkan gejala yang lebih ringan, meskipun lebih menular daripada varian Delta.
Para peneliti di Tokyo mengatakan versi baru Omicron mungkin lebih mungkin menyebabkan gejala daripada yang terakhir, menurut sebuah studi pracetak.
Baca Juga Kasus Covid-19 Indonesia Naik Akibat Omicron BA.4 dan BA.5? Begini Penjelasan Pakar Kesehatan |
---|
Dalam tes laboratorium, ketika orang yang tidak divaksinasi pulih dari infeksi BA.1 atau BA.2, mereka tidak memiliki cukup vaksin antibodi untuk melindungi terhadap BA.4 dan BA.5, Kei Sato, PhD, seorang profesor virologi di Universitas Tokyo dan penulis utama studi tersebut, mengatakan kepada Verywell melalui email.
Tim Sato juga menemukan bahwa BA.4 dan BA.5 lebih mudah bereplikasi di sel paru-paru manusia dan menyebabkan penyakit yang lebih parah pada hamster daripada BA.2. Temuan awal ini menunjukkan risiko BA.4 dan BA.5 terhadap kesehatan global "berpotensi lebih besar daripada BA.2 asli," tulis para penulis.
Banyak mutasi pada varian Omicron memungkinkan virus lolos dari pertahanan kekebalan. Sementara antibodi dilatih untuk mengenali karakteristik tertentu dari virus COVID-19, varian yang lebih baru dapat berkembang ke titik di mana mereka menjadi tidak dapat dikenali oleh antibodi yang ada.
Studi pra-cetak lainnya menunjukkan bahwa bahkan pada orang yang divaksinasi dan dikuatkan, perawatan antibodi monoklonal secara signifikan kurang efektif terhadap BA.4 dan BA.5 dibandingkan terhadap BA.2.12.1—versi yang saat ini dominan di AS. tes laboratorium, para peneliti mengatakan bahwa hanya bebtelovimab yang tampaknya tetap kuat terhadap BA.2.12.1 dan BA.4/5.6
Terlepas dari laporan awal ini, para ilmuwan tidak akan tahu persis bagaimana BA.4 dan BA.5 berperilaku tanpa lebih banyak data klinis.
Sementara itu, dilansir dari NBC, Dr. Michael Angarone dari Northwestern, seorang profesor kedokteran penyakit menular, mengatakan bahwa gejala utama COVID-19 saat ini mirip dengan gejala virus corona lainnya.