Bisnis.com, JAKARTA - Baru-baru ini banyak remaja dan dewasa mulai beralih ke rokok elektronik atau vape, ketimbang rokok biasa.
Sebuah pernyataan mengklaim bahwa bahaya rokok elektronik atau vape lebih minim dari rokok pada umumnya.
Namun Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI menyebut, ada satu kondisi yang bisa timbul akibat rokok elektronik ini.
Ketergantungan terhadap vape juga bisa menimbulkan penyakit. Salah satunya yakni popcorn lung. Penyakit ini terjadi saat saluran udara di paru-paru mengalami pengecilan sehingga menyebabkan batuk serta napas yang pendek. Hal ini dikarenakan cairan pada rokok elektronik terdapat perisadiasetil.
Dilansir dari sciencedirect, senyawa diasetil merupakan perasa bagi makanan dan minuman terutama mentega.
Meskipun pada tahun 1980an FDA menyebutkan perasa ini aman, tetapi WHO pada tahun 2015 menyebut, senyawa ini lebih berbahaya jika dipanaskan serta dihirup.
Selain itu, menghirup senyawa ini dalam waktu yang lama bisa sebabkan timbulnya penyakit paru yaitu Bronchiolitis Obliterans.
Lalu apa itu popcorn lung?
Healthline menyebut, popcorn lung yang biasa disebut Bronchiolitis Obliterans merupakan penyakit paru-paru langka yang menyebabkan jaringan parut serta peradangan pada bronkiolus.
Ketika saluran terkecil di paru-paru ini meradang, akan menyebabkan mengi, sesak napas serta kesulitan bernapas.
Mengapa disebut popcorn lung?
Pada awalnya, senyawa diasetil yang menjadi penyebab penyakit popcorn lung menyebabkan seorang pekerja sebuah pabrik popcorn jatuh sakit.
Senyawa diasetil yang terkandung dalam perasa rokok elektronik ini juga terkandung dalam perasa popcorn. Hal inilah yang membuat penyakitbyang ditimbulkannya disebut juga dengan sebutan popcorn lung.
Selain pada popcorn dan rokok elektronik, senyawa diasetil juga umumnya ditemukan di bahan rasa mentega untuk produk, kopi berasa, karamel, minuman rasa buah dan beberapa produk susu.
Meskipun kini berbagai perusahaan makanan telah menyadari bahaya bahan perasa dengan kandungan senyawa diasetil ini. Namun, justru kini ditemukan di produk rokok elektronik.
Pada tahun 2016, dilakukan penelitian tentang kandungan senyawa diasetil pada rokok elektronik dan cairan isi ulangnya.
Hasilnya ditemukan bahwa 75% rokok elektronik dan cairan isi ulangnya mengandung bahan kimia atau senyawa diasetil yang sama seperti pada perasa popcorn yang sebabkan pekerja di pabrik popcorn jatuh sakit.