Bisnis.com, JAKARTA - Tren kasus positif Covid-19 anak-anak kian meningkat.
Menurut Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Prof. Dr. dr. Hindra Irawan Satari, Sp.A(K), MTroPaed terjadinya peningkatan Covid-19 ini akibat adanya aktivitas di ruang publik, termasuk Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di sekolah.
Disebutkan pula bahwa seorang anak tidak hanya rentan terinfeksi virus Covid-19, tapi juga bisa menjadi transmitter atau pembawa virus covid-19. Hal ini didasarkan atas tingkat materi genetik Coronavirus dalam hidung sang anak yang mendapai 10-100 kali lebih tinggi dibandingkan orang dewasa.
“Faktor lingkungan sangat mempengaruhi seseorang untuk terjangkit penyakit Covid-19. Anak-anak yang belum divaksin menjadi transport penularan virus. Apalagi, kelompok usia seperti 6-11 tahun ya harus belajar tatap muka, sehingga berisiko menularkan bagi diri sendiri, sesama murid, guru, orangtua dan lansia di rumah,” jelasnya dalam Media Center Satgas Penanganan Covid-19 pada Jumat (30/9/2022).
Anak Bisa Alami Long Covid
Terlebih lagi, kini ada fakta bahwa anak-anak bisa mengalami long covid. Meskipun sangat jarang, namun long covid dapat menyerang dan berdampak buruk bagi kesehatan fisik dan sosial anak-anak bila tidak segera ditangani oleh petugas medis.
Sebagai informasi, long covid sendiri adalah kondisi di mana seorang penyintas COVID-19 masih merasakan gejala penyakit tersebut dalam jangka waktu yang lama, bahkan setelah dinyatakan sembuh dari Covid-19.
“Proporsi long covid pada anak sangatlah kecil. Tapi kita tidak boleh meremehkan. Virus ini ganas di dalam tubuh menjelajah dan tinggal di satu tempat dan menimbulkan kerusakan. Walau, gejala Covid-19 pada anak relatif lebih ringan, tapi hal ini akan berbeda dengan anak yang punya komorbid seperti jantung, ginjal, asma, paru, gizi buruk. Itu akan sangat berbahaya, dan harus segera dilakukan pemeriksaan,” ungkap Prof Hindira.
Pentingnya Vaksin Covid-19 untuk Anak
Dalam pembahasan terkait pemahaman kesehatan anak pada masa transisi, sebagai salah satu Tim Pakar Satgas Penanganan Covid-19, Prof Hindira mengimbau bagi para orang tua untuk mendukung program vaksinasi anak, karena dengan pemberian vaksin Covid-19 tentu akan membawa rasa aman dan memiliki manfaat bagi sang anak.
Menurutnya, vaksin Covid-19 yang ada telah melalui berbagai uji klinis, mendapatkan EUA (Emergency Use Authorization) dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan), serta telah melalui kajian ITAGI (Indonesian Technical Advisory Group on Immunization).
Adapun, soal efek samping atau KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) sangat jarang dan umumnya tidak berbahaya.
“Jika terasa demam, kasih obat demam, banyak minum. Terus apabila nyeri, bisa diberikan obat nyeri atau di kompres, kemudian istirahat,” anjur Prof Hindira.
Dia mengatakan bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan dari vaksin. Apabila, seseorang tersebut sudah divaksin, maka sistem kekebalannya mampu mengenali dan tahu cara melawan suatu infeksi penyakit, di mana tingkat keparahan dari infeksi virus Covid-19 tersebut bisa diminimalisir.