Mikroorganisme
Health

Resistensi Antimikroba Bisa Sebabkan 10 Juta Kematian di Tahun 2050

Widya Islamiati
Rabu, 12 Oktober 2022 - 22:58
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - WHO telah menetapkan resistensi antimikroba sebagai salah satu ancaman terbesar terhadap kesehatan masyarakat Global saat ini. Resistensi antimikroba merupakan  kemampuan mikroorganisme untuk bertahan hidup terhadap antimikroba. 

Deputi Menteri Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK RI, Agus Suprapto mengatakan hal ini berdampak pada efektivitas pengobatan yang menjadi berkurang. Lalu kemudian menyebabkan  sulitnya mengobati penyakit infeksi dan berakhir pada peningkatan angka kesakitan kematian.

WHO juga memperkirakan krisis antimikroba ini berkaitan dengan kematian 4,9 juta jiwa di 204 negara selama tahun 2019, secara langsung maupun tidak langsung. 

"Who memperkirakan krisis antimikroba secara langsung maupun tidak langsung telah berhubungan dengan 4,9 juta jiwa di 204 negara selama tahun 2019," ungkap Agus dalam konferensi pers bertajuk  Resistensi Antimikroba, Si Pandemi Senyap yang digelar secara daring dan luring oleh WHO dan FAO pada Rabu, (12/10/2022).

Agus juga memperkirakan, perkembangan kasus resistensi antimikroba ini akan terus berlanjut.  Hingga pada tahun 2050 mendatang, jumlah korban jiwa akibat hal ini akan mencapai 10 juta jiwa per tahun. 

Hal ini dikarenakan resistensi mikroba akan membuat para penderita penyakit yang disebabkan oleh mikroba tidak dapat ditangai, bahkan angka kematian tersebut diperkirakan melampaui angka kematian akibat penyakit jantung kanker dan diabetes.

Lebih lanjut, Agus mengungkapkan resistensi antimikroba ini tidak hanya akan berdampak pada manusia maupun hewan dari segi kesehatan. Tetapi juga banyak sektor terdampak, seperti ekonomi, seperti pada tahun 2008 silam.

"Tidak hanya berdampak pada korban jiwa, namun dampak ekonomi dari resistensi antimikroba diperkirakan oleh World Bank serupa dengan krisis ekonomi dunia pada tahun 2008," katanya.

Agus menerangkan, bahkan perkiraan terburuk, resistensi antimikroba ini akan berdampak pada penurunan status negara berkembang menjadi negara miskin pada tahun 2050 mendatang.

"Skenario terburuk dampak ekonomi resistensi antimikroba terjadi akibat tidak efektifnya atau tidak dibuatnya treatment infeksi terutama di negara-negara low income countries yang bisa memicu kehilangan 5% dari daya belinya, angka ini akan mendorong 28 juta negara berkembang untuk masuk miskin pada tahun 2050," pungkas Agus.

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro