Bisnis.com, JAKARTA - Berdasarkan data dari PERFITRI (Perhimpunan Fertilisasi In Vitro Indonesia) total siklus program IVF atau bayi tabung di Indonesia pada tahun 2021 tercatat mencapai lebih dari 13.000 siklus.
Dari angka tersebut, Morula IVF Indonesia menguasai hampir 50 persen market share di industri bayi tabung seluruh
Indonesia.
Tahun ini, Khusus di wilayah Jawa Timur sendiri, tercatat 2.123 pasang menjalani program bayi tabung, sebesar 43,3 %-nya berasal dari Morula IVF Surabaya.
dr. Arif Hamsah, Chief Operating Officer Morula IVF Indonesia memaparkan soal tingkat kesuksesan bayi tabung (IVF) Morula IVF di Surabaya.
Dia mengatakan untuk Fresh Embryo Transfer memiliki peluang keberhasilan sebesar 43%, sementara transfer embrio beku atau Frozen Embryo Transfer (FET) sebesar 45% peluang kehamilan.
"Angka peluang keberhasilan dapat meningkat apalagi didukung teknologi PGT-A, yaitu Tes genetik praimplantasi untuk aneuploidi pada kelompok usia wanita di atas 35 tahun,” ujarnya dalam acara perayaan ulang tahun ke-10 IVF Morula dikutip dari keterangan tertulisnya.
Dia menambahkan untuk meningkatkan peluang keberhasilan, kedepannya, mereka akan meningkatkan kualitas dokter obgyn yang berpengalaman dan teknologi terakreditasi dan berstandar internasional R-TAC (Reproductive Technology Accreditation Certification) di bidang pelayanan Teknologi Reproduksi Berbantu.
Hal ini, untuk mencapai siklus 1.145 pasien program bayi tabung (IVF).
Bayi tabung ivf (in vitro fertilization) adalah prosedur untuk mengatasi bermacam masalah kesuburan, di mana sel telur dan sperma disatukan di luar tubuh, yakin di laboratorium khusus. Adapun sel telur yang telah dibuahi yakni embrio, akan dibiarkan berkembang di tempat khusus selama beberapa waktu sampai akhirnya dipindahkan ke rahim. Cara ini dianggap mampu meningkatkan kemungkinan terjadinya kehamilan.
Program bayi tabung dapat dilakukan oleh pasangan yang sudah lama menantikan buah hati. Proses bayi tabung dalam satu siklusnya akan memakan waktu kurang lebih 3 minggu atau lebih lama.
Sebelum memulai program bayi tabung, Anda juga perlu memperhatikan risiko yang mungkin terjadi, seperti bayi lahir prematur, keguguran, komplikasi obat kesuburan, kanker, dan lainnya. Oleh karena itu, diskusikan dengan dokter Anda secara detail, untuk menghindari risiko yang tidak diinginkan.