Candi Muaro Jambi./Pemprov Jambi
Travel

Sejarah Candi Muaro Jambi, Komplek Candi Terluas di Asia Tenggara

Novita Sari Simamora
Selasa, 29 November 2022 - 07:35
Bagikan

Bisnis.com, MEDAN – Candi Muaro Jambi merupakan situs peninggalan kebudayaan klasik masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya dan Melayu Kuno. Menurut catatan sejarah, situs ini dipergunakan dalam masa yang cukup panjang sejak awal 7 hingga 15 Masehi. Meskipun tidak sepopuler candi lain di Pulau Jawa, situs purbakala ini merupakan aset yang dapat dimanfaatkan di bidang ilmu pengetahuan, kebudayaan, pariwisata, sosial, agama, dan ekonomi.

Komplek percandian Buddha ini membentang dari barat ke timur di tepian Sungai Batanghari sepanjang 7,5 kilometer, tepatnya di Desa Muaro Jambi. Diperkirakan ada lebih kurang 82 reruntuhan bangunan suci Buddhis yang dapat dijumpai di areal seluas 2062 hektar ini.  Yang menarik dari Situs Candi Muaro Jambi ini selain bangunan percandian terdapat juga kolam-kolam kuno, danau, dan parit-parit buatan yang dihubungkan dengan sungai-sungai alam yang bermuara di Sungai Batanghari.

Berdasarkan penelitian arkeologi dan sumber sejarah, Situs Kompleks Percandian Muaro Jambi pernah menjadi pusat pemujaan dan pendidikan agama Budha pada masa Kerajaan Melayu Kuno. Hal ini diperkuat dengan adanya beberapa hasil temuan benda sejarah berupa Stupa, Arca Gajah Singh, Arca Prajnaparamita, dan lain sebagainya.

Situs Candi Muaro Jambi pertama kali dilaporkan keberadaannya oleh seorang Letnan Inggris bernama S.C Crooke pada tahun 1883. Crooke memberitahukan bahwa ia melihat reruntuhan bangunan dan menemukan sebuah arca yang menggambarkan arca Buddha. Keterangan Crooke kemudian dilengkapi oleh T. Adam, orang Belanda yang berkunjung ke Jambi pada tahun 1921.

Selanjutnya tahun 1935, F.M. Schnitger mengunjungi situs ini dan menemukan dua arca Buddha dalam posisi berdiri, satu arca mandi dan satu arca gajah bermahkota yang sekarang disimpan di Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang.

Pada tahun 1975 pemerintah Indonesia akhirnya melakukan pemugaran terhadap candi-candi yang telah runtuh. Kemudian pada tahun 2009 pemerintah provinsi Jambi telah mendaftarkan Komplek Candi Muaro Jambi ke UNESCO sebagai salah satu warisan dunia di Indonesia.

Pada saat Kerajaan Sriwijaya Berjaya di Sumatera, Jambi termasuk dalam wilayah kekuasaannya. Pada masa itu berkembang gaya seni arca. Satyawati Sulaeman menyebutnya sebagai “The Art of Sriwijaya” yaitu arca-arca yang berkembang pada masa Kerajaan Sriwijaya dengan ciri memakai kain panjang dengan wiru di bagian tengah, rambut ikal yang dipilin sampai bahu.

Arca-arca dari Muaro Jambi memiliki kekhasan tersendiri. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya arca dwarapala yang penggambarannya berbeda dan tidak ditemukan di situs-situs lainnya. Selain itu ditemukan pula arca Prajnaparamita yang diduga melatarbelakangi keagamaan di Muaro Jambi adalah Buddha Vajrayana.

Saat ini Situs Candi Muaro Jambi menjadi objek tujuan wisatawan yang ingin menyaksikan secara langsung dan ingin mengenal lebih jauh tentang keberadaan dan sejarah awal mula jejak Kerajaan Sriwijaya dan Melayu Kuno. Objek wisata ini kini menarik wisatawan baik domestik maupun mancanegara.

Kendati demikian, komplek candi ini sebagai warisan budaya dunia kini mengalami kemunduran dalam pengelolaannya. Ini diperparah dengan adanya industri sawit dan batubara di sekitar komplek. Bahkan beberapa candi berada persis di tengah-tengah lokasi pabrik dan areal penimbunan batubara. Terlebih pepohonan di sekitar telah ditebangi yang menyebabkan hilangnya areal ekologis di sekitar candi.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro