Kanker usus besar./UGM
Health

Fakta-fakta Kanker Usus Besar, Sumbang Kematian Tertinggi di Indonesia

Arlina Laras
Senin, 17 April 2023 - 06:15
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Kanker usus besar atau kolorektal adalah jenis kanker yang memiliki tingkat kematian cukup tinggi di Indonesia. 

Sebagai penyebab kematian terbesar nomor dua di dunia pada 2020, yakni 915.880 kasus, kanker ini memiliki gejalanya yang berbeda-beda pada setiap orang. 

Tak jarang kanker yang menyerang usus ini tidak langsung menimbulkan gejala sehingga banyak kasus terdeteksi ketika kanker sudah menyebar.

Meski menjadi salah satu jenis kanker dengan jumlah kasus tertinggi di dunia termasuk di Indonesia, namun kanker kolorektal masih jarang dibahas. Alhasil, muncul kesalahpahaman umum mengenai penyakit ini. 

Untuk mengetahui lebih jauh mengenai Kanker Kolorektal, Dokter Ahli Onkologi Medis Parkway Cancer Centre Singapura Wong Siew Wei menyampaikan sejumlah fakta mengenai kanker kolorektal. 

Fakta-fakta seputar Kanker Usus Besar

1. Kanker usus besar tak hanya menyerang pria 

Melansir dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menurut Globocan tahun 2020, kanker kolorektal menduduki kasus tertinggi keempat di Indonesia dengan total pasien secara keseluruhan mencapai 34.189 (8,6 persen). 

Kanker kolorektal sebagian besar memang menyerang pria yakni sebesar 21.764 kasus, sekaligus menjadikannya sebagai kasus kanker tertinggi kedua pada pria di Indonesia.

Meski demikian, kanker usus besar tidak terbatas hanya menyerang pria tetapi juga wanita dengan jumlah kasus di Indonesia mencapai 12.425 kasus (5,8 persen).

Bahkan, kanker kolorektal adalah kanker kedua yang paling umum di diagnosa, dan penyebab kematian kanker paling umum kedua pada wanita di Singapura. 

2. Risiko kanker usus besar usia muda kian meningkat 

Risiko kanker kolorektal meningkat seiring bertambahnya usia, jadi usia berpengaruh terkait penyakit ini. Sebagian besar kasus kanker kolorektal di seluruh dunia didiagnosis pada pria dan wanita berusia 50 tahun ke atas. 

Namun, kanker usus besar saat ini mulai banyak menyerang kelompok usia yang lebih muda. 

“Kanker usus besar ini menunjukkan tren yang mengkhawatirkan karena mulai menyerang kelompok usia lebih muda,” jelasnya yang juga sebagai Konsultan Senior Parkway Cancer Centre Singapura ini. 

Wong mengatakan hal tersebut bisa terjadi seiring dengan  faktor gaya hidup yang tidak sehat, stress berlebih, obesitas, dan faktor genetik. 

Selain itu pola konsumsi yang tidak sehat seperti mengonsumsi makanan cepat saji dan makanan lemak dengan daging merah, serta merokok dan minuman beralkohol juga turut dalam andil menyebabkan perubahan microbiome pada usus. 

“Berdasarkan data di Eropa dan Amerika menunjukkan bahwa satu dari 10 orang yang menderita kanker kolorektal adalah usia muda,” tuturnya. 

Secara umum, kanker usus besar dimulai ketika sel-sel sehat di usus besar mengembangkan perubahan (mutasi) dalam DNA mereka.

Di samping itu terdapat beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko kanker kolorektal, yakni mengidap polip usus besar, mempunyai riwayat kolitis ulseratif (borok di lapisan usus besar) dan adanya riwayat penyakit Crohn.

3. Kanker usus besar dapat dicegah dengan deteksi dini 

kanker kolorektal biasanya berkembang dari polip prakanker (pertumbuhan pada lapisan usus besar dan rektum), skrining yang tepat dapat membantu mendeteksi dan menghilangkan polip ini sebelum berubah menjadi kanker. 

“Deteksi awal penyakit ini menjadi penting karena perkembangan kanker membutuhkan waktu sekitar 10 hingga 15 tahun sehingga perlu dilakukan skrining awal untuk dapat mencegah perkembangannya,” ujarnya. 

Skrining biasa dilakukan untuk mendeteksi kanker atau kondisi prakanker pada seseorang tanpa gejala.

“Karena kanker kolorektal biasanya tidak menunjukkan gejala pada tahap awal, penting untuk menjalani skrining yang direkomendasikan untuk mendeteksi kanker, baik memiliki riwayat keluarga dengan penyakit ini atau tidak,” terangnya. 

4. Waspadai darah dalam tinja 

Kanker usus besar kadang tidak bergejala. Namun, sejumlah tanda harus diwaspadai, seperti adanya darah dalam tinja, sering sembelit atau diare, perut terasa nyeri, perasaan tidak puas setelah buang air besar hingga adanya benjolan di perut. 

“Tes darah yang menunjukkan jumlah sel darah merah yang rendah juga dikenal sebagai anemia juga bisa menjadi tanda peringatan dini kanker kolorektal,” tuturnya. 

5. Kanker usus besar yang terdeteksi awal dapat diobati

Seperti kebanyakan kanker, kanker kolorektal adalah penyakit yang dapat diobati jika terdeteksi dini sebelum memiliki kesempatan untuk menyebar. 

Lebih dari 90 persen pasien dengan kanker kolorektal stadium awal bertahan hidup lima tahun setelah diagnosis. 

Sayangnya, hanya sekitar sepertiga dari semua kasus kanker kolorektal yang terdiagnosis pada stadium awal. 

“Menjalani skrining rutin penting karena dapat membantu mendeteksi penyakit pada tahap awal, dan kemudian meningkatkan kemungkinan untuk mengobatinya,” ungkap Wong.

Menurut Wong, jenis pengobatan yang direkomendasikan akan tergantung pada beberapa faktor, termasuk stadium kanker dan kesehatan pasien secara keseluruhan. 

Dia menyebutkan pembedahan menjadi dasar dari terapi kuratif pada pasien dengan kanker kolorektal stadium awal untuk mengecilkan pertumbuhan, mengurangi penyebaran kanker dan meningkatkan hasil. 

Lalu, pengobatan tambahan dengan kemoterapi dan radioterapi diperlukan untuk meningkatkan kemungkinan penyembuhan. 

"Meski sudah melakukan terapi dan penanganan awal, tetapi pasien harus terus melakukan terapi lanjutan untuk mencegah terjadinya kasus berulang sekaligus mempertahankan kualitas hidup selama mungkin," terangnya.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro