Bisnis.com, JAKARTA - Konflik Sudan memicu kekhawatiran PBB terkait bocornya laboratorium di Khartoum yang menyimpan bahan biologis yang sangat berbahaya.
Pengumuman PBB telah dikeluarkan untuk memperingati warga agar segera mengungsi dan melarikan diri dari Sudan. Konflik yang terjadi di Sudan menjerumuskan Sudan ke dalam kekacauan yang ikut mendorong Afrika ke dalam jurang kehancuran.
Akibat konflik tersebut sekitar sepertiga penduduk Sudan atau sekitar 16 juta orang membutuhkan bantuan. Tenaga medis perwakilan WHO Dr. Nima Saeed Abid telah menyatakan keprihatinannya terhadap masyarakat Sudan di pusat Khartoum.
“Itu sangat berbahaya, karena kami memiliki isolat polio di laboratorium. Kami memiliki isolat campak di laboratorium, Kami memiliki isolat kolera di laboratorium” ujarnya dalam PBB.
“Ada risiko biologis yang sangat besar terkait dengan penduduk laboratorium kesehatan masyarakat pusat di Khartoum oleh salah satu pihak yang bertikai” kata Dr. Nima Saeed Abid
Laboratorium tersebut terletak di pusat Khartoum dekat titik nyala pertempuran yang mengadu domba militer Sudan dengan pasukan dukungan cepat. Sebuah kelompok paramiliter yang tumbuh tersebut terkenal dengan kekejaman dalam konflik Darfur.
“Sejak pecahnya pertempuran pada 15 April, setidaknya 20.000 orang Sudan telah melarikan diri ke Chad. Sekitar 4.000 pengungsi Sudan Selatan yang telah tinggal di Sudan telah kembali ke negara asal mereka” kata Badan Pengungsi PBB, Olga Sarrado.
Akibat dari pertempuran tersebut banyak warga Sudan yang mati. Pemerintah asing mencoba untuk mencari dan mengevakuasi staf kedutaan dan warga mereka dari Sudan untuk segera melarikan diri dari kekacauan akibat pertempuran tersebut.
Lebih dari 800.000 pengungsi Sudan Selatan tinggal di Sudan, seperempat dari mereka berada di Ibukota Khartoum tempat yang terkena dampak langsung pertempuran. Sudan telah menampung secara keseluruhan 1,1 juta pengungsi dan lebih dari 3 juta pengungsi internal yang sebagian besar berada di Darfur yang merupakan wilayah terpelosok dalam konflik puluhan tahun.
Selain pengungsi, PBB mengatakan bahwa terdapat 300.000 migran terdaftar serta puluhan ribu migran yang tidak terdaftar di negara tersebut yang terkena dampak pertempuran. Data Kependudukan PBB mengatakan bahwa pertempuran itu telah mengancam puluhan ribu wanita hamil, termasuk 24.000 wanita yang diperkirakan akan melahirkan dalam beberapa minggu mendatang.
Puluhan rumah sakit telah di tutup di Khartoum karena berkurangnya pasokan medis dan bahan bakar yang terjadi akibat pertempuran. Komite Palang Merah Internasional melakukan penyelamatan bagi warga sipil yang terperangkap di dalam rumah saat terjadi pertempuran.
Akibat dari pertempuran tersebut warga kekurangan makanan, air, dan obat-obatan, dan bahan bakar serta komunikasi dan listrik yang terbatas. Sekitar 3.000 orang melarikan diri dari pertempuran di Khartoum untuk berlindung di pengungsian timur Al- Qadarif.
Hingga saat ini PBB masih berusaha untuk membantu warga Sudan yang terkena dampak akibat pertempuran tersebut.