Mendengar konser musik dengan posisi yang dekat pengeras suara, bisa merusak telinga./Solopos.com-Septina Arifiani
Health

Konser Musik Kian Ramai, Waspada Gangguan Pendengaran Mengintai

Arlina Laras
Senin, 29 Mei 2023 - 16:59
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Usai pemerintah mencabut PPKM, membuat penyelenggaraan konser musik di Indonesia kian menggeliat. 

Sayangnya, masih banyak orang yang tidak menyadari pentingnya penggunaan earplug atau penutup telinga saat menghadiri konser.

Padahal, paparan suara keras dalam jangka waktu yang lama dapat memiliki dampak merugikan pada pendengaran. 

Melansir dari WHO, pihaknya menyatakan paparan kebisingan sebagai salah satu penyakit tidak dapat disembuhkan yang paling umum terjadi pada generasi muda saat ini. 

Desibel (dB) adalah satuan untuk mengukur tingkat kebisingan atau intensitas suara. Skala desibel adalah skala logaritmik yang digunakan untuk mengekspresikan perbedaan dalam kekuatan suara.

Percakapan normal biasanya mencapai level sekitar 60-65 dB, sedangkan suara dengan intensitas 85 dB atau lebih tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada pendengaran jika terjadi dalam jangka waktu yang lama.

Batas aman untuk paparan suara dalam jangka panjang umumnya dianggap sekitar 85 dB. Namun, saat menghadiri konser musik yang keras, seseorang mungkin akan terpapar suara dengan tingkat intensitas antara 100-120 dB. 

Paparan suara yang intens seperti itu dapat menyebabkan kerusakan pendengaran jika terjadi secara terus-menerus atau dalam jangka waktu yang lama.

Berdiri di dekat speaker yang mengeluarkan suara keras dapat meningkatkan risiko kerusakan pendengaran yang tidak dapat pulih dan juga menyebabkan tinnitus, yaitu sensasi suara berdenging yang terus-menerus di telinga.

Bahaya Musik Konser bagi Pendengaran

Berdasarkan Attune, musik konser yang terlalu keras dapat menyebabkan kerusakan pada pendengaran. Berikut sejumlah dampaknya. 

1. Rusaknya Gendang Telinga

Konser musik yang keras dapat menyebabkan kerusakan pada gendang telinga karena tekanan suara yang berlebihan. Gendang telinga adalah membran tipis yang terletak di antara telinga bagian luar dan tengah. 

Saat suara yang keras masuk ke telinga, gelombang suara yang kuat akan menghasilkan tekanan yang tinggi pada gendang telinga.

Apabila suara yang terlalu keras terus-menerus mengenai gendang telinga, tekanan tersebut dapat melampaui batas yang dapat ditoleransi oleh gendang telinga.

Akibatnya, gendang telinga dapat mengalami robek, rusak, atau pecah, kondisi yang dikenal sebagai ruptur gendang telinga.

Ruptur gendang telinga dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk paparan suara yang sangat keras dan tiba-tiba, seperti ledakan atau suara yang melebihi batas aman yang dapat ditangani oleh telinga manusia. 

Selain itu, faktor seperti infeksi telinga, cedera fisik, atau penekanan eksternal yang kuat pada telinga juga dapat menyebabkan ruptur gendang telinga.

2. Kerusakan Sel Rambut Telinga

Efek sekunder dari paparan suara keras adalah kerusakan pada arteri yang memasok darah ke koklea, bagian organ pendengaran. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada sel rambut telinga. 

Setelah rusak, sel rambut telinga tidak dapat pulih kembali, yang mengakibatkan hilangnya kejelasan ucapan dan pendengaran saat berada di lingkungan dengan kebisingan latar belakang.

3. Tinnitus

Selain kehilangan pendengaran, gejala lain dari paparan musik konser yang terlalu keras adalah tinnitus atau bunyi berdenging yang konstan di telinga yang dapat berlangsung selama berjam-jam atau bahkan beberapa hari. 

Bagi beberapa orang, bunyi berdenging yang konstan ini sangat mengganggu dan menghalangi konsentrasi pada tugas-tugas sehari-hari, sehingga menyebabkan kelelahan mental dan fisik.

4. Suara yang Teredam

Gejala umum lainnya akibat paparan musik konser yang terlalu keras adalah perasaan penuh atau sumbat di telinga, yang mengakibatkan suara menjadi teredam dan kapasitas pendengaran menurun pada individu.

Cara Mencegahnya

Berdasarkan penelitian yang diterbitkan pada 2016 oleh Wilko Grolman dari University Medical Center Utrecht di Belanda menunjukkan penggunaan earplug, efektif dalam mencegah kerusakan pendengaran sementara akibat paparan musik keras (rata-rata 100 decibel berbobot A) selama beberapa jam.

Dalam penelitian tersebut yang melibatkan 51 orang dewasa dengan usia rata-rata 27 tahun, para peneliti secara acak membagi 25 orang untuk menggunakan earplug yang disediakan oleh peneliti selama konser musik di luar ruangan; 26 peserta lainnya tidak menggunakan earplug. 

Earplug yang digunakan memiliki tingkat pengurangan kebisingan sebesar 18 decibel. Peneliti menggunakan tes pendengaran standar untuk mengukur pendengaran peserta sebelum dan setelah konser, yang berlangsung selama 4,5 jam.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya delapan persen peserta yang menggunakan earplug selama konser mengalami kerusakan pendengaran sementara. 

Dalam perbandingan itu, 42 persen peserta yang tidak menggunakan earplug mengalami kerusakan pendengaran.

Tinnitus, atau suara berdenging di telinga yang dapat disebabkan oleh paparan suara keras, ditemukan pada 12 persen peserta yang menggunakan earplug, dibandingkan dengan 40 persen peserta yang tidak menggunakan earplug.

Penelitian ini menunjukkan penggunaan earplug dapat membantu melindungi pendengaran dari kerusakan akibat paparan suara keras. 

Oleh karena itu, penting untuk melindungi telinga dengan baik ketika berada di lingkungan yang berisik, seperti konser atau acara olahraga.

Penulis : Arlina Laras
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro