Bisnis.com, JAKARTA - Menurut Data Globocan 2020, kanker ovarium menempati peringkat ketiga sebagai salah satu jenis kanker paling mematikan bagi perempuan di Indonesia.
Jumlah kasus kanker ovarium mencapai 14.896 dengan 9.581 kematian pada perempuan.
Ketua Tim Kerja Penyakit Kanker dan Kelainan Darah P2PTM, Kementerian Kesehatan RI Theresia Sandra Diah Ratih mengatakan setiap tahunnya, kanker ovarium menyerang puluhan ribu perempuan dan merenggut ribuan nyawa.
“Jumlah penderita kanker di Indonesia terus meningkat dan diperkirakan akan menjadi penyebab utama meningkatnya beban ekonomi, baik bagi individu pasien, keluarga, maupun negara. Untuk mengendalikan penyakit kanker,” ujarnya berdasarkan keterangan resmi, Selasa (30/5/2023).
Menurutnya, penting untuk mengenali gejala awal kanker ovarium guna meningkatkan harapan hidup dan kualitas hidup yang lebih baik. Hal tersebut lantaran, kanker ovarium dapat diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Dokter Spesialis Ginekologi Onkologi Toto Imam Soeparmono pun menyutuji hal tersebut dengan mengatakan faktor tersebut kian tinggi jika ada anggota keluarga yang pernah menderita kanker ovarium atau kanker lainnya seperti kanker payudara, prostat, kolorektal, maupun kanker rahim.
Baca Juga Ini Gejala dan Penyebab Kanker Ovarium |
---|
Dia menyebut penyakit ini menjadi tantangan terbesar bagi para ahli onkologi ginekologi karena tidak menunjukkan gejala yang spesifik pada stadium awal, melainkan baru menunjukkan gejala pada stadium lanjut di mana sel kanker telah menyebar ke organ lain.
“Jadi, sejak dini para perempuan dianjurkan untuk mendeteksi kanker ovarium guna mengenali faktor risiko dan gejala awalnya. Selain itu, penting bagi individu yang memiliki riwayat keluarga dengan kanker ovarium atau payudara untuk melakukan pemeriksaan genetik,” katanya.
Gejala Awal Sulit Terdeteksi
Toto mengungkapkan hanya 20 persen dari pasien kanker ovarium yang terdeteksi pada stadium awal, dan 94 persen di antaranya berhasil mencapai harapan hidup lebih dari lima tahun.
“Artinya apa, perawatan dan pengobatan yang tepat memberikan peluang keberhasilan yang tinggi pada kanker ovarium stadium awal saat penyakit masih terbatas pada organ ovarium,” katanya.
Lalu, ketika seorang pasien didiagnosis menderita kanker ovarium, sangat penting bagi mereka untuk berkonsultasi dengan spesialis medis dan mematuhi pengobatan. Saat ini, terapi yang paling umum untuk kanker ovarium adalah operasi dan kemoterapi.
Menurutnya, melalui Kampanye 10 Jari, berarti ada 10 hal yang perlu seseorang perhatikan untuk mengenali kanker ovarium, yaitu enam faktor risiko dan empat pertanda penyakit.
Faktor risiko kanker ovarium meliputi:
1. Riwayat kista endometriosis
Wanita yang pernah mengalami kista endometriosis memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan kanker ovarium.
2. Riwayat kanker ovarium dan/atau kanker payudara dalam keluarga
Jika ada anggota keluarga dekat yang telah didiagnosis dengan kanker ovarium atau kanker payudara, risiko Anda untuk mengembangkan kanker ovarium juga meningkat.
3. Mutasi genetik (misalnya BRCA)
Mutasi genetik tertentu, seperti BRCA1 atau BRCA2, dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengembangkan kanker ovarium. Jika Anda memiliki riwayat keluarga dengan mutasi genetik ini, perlu berkonsultasi dengan dokter untuk evaluasi risiko Anda.
4. Paritas rendah
Wanita yang belum pernah hamil atau memiliki sedikit anak memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan kanker ovarium dibandingkan dengan mereka yang telah melahirkan beberapa anak.
5. Gaya hidup yang buruk
Gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok, konsumsi alkohol berlebihan, pola makan tidak sehat, dan kurangnya aktivitas fisik, dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengembangkan kanker ovarium.
6. Penuaan
Risiko mengembangkan kanker ovarium meningkat seiring bertambahnya usia. Kanker ovarium lebih umum pada wanita yang berusia di atas 50 tahun.