Bisnis.com, JAKARTA - Narsistik merupakan sebuah kondisi mental yang berkaitan dengan kepribadian. Anak yang menunjukkan sifat narsistik, tercipta karena kondisi lingkungan bukan genetik.
Dilansir dari Psychology Today, ciri-ciri gangguan kepribadian narsistik (NPD) adalah kemegahan, kurangnya empati terhadap orang lain, dan kebutuhan akan kekaguman. Orang dengan kondisi ini sering digambarkan sebagai orang yang sombong, egois, manipulatif, dan banyak menuntut. Karakteristik ini biasanya dimulai pada awal masa dewasa dan harus secara konsisten terlihat dalam berbagai konteks, seperti di tempat kerja dan dalam hubungan.
NPD adalah gangguan yang sulit diobati, terapi dapat membantu mereka yang mengalami kondisi tersebut mengembangkan rasa diri dan hubungan mereka. NPD mengacu pada gangguan mental yang dapat didiagnosis, sedangkan istilah "narsisme" adalah sifat yang derajatnya bervariasi dari orang ke orang.
Dilansir dari USA Today, menurut para ahli, begitu seseorang mencapai usia 25 tahun kepribadian orang yang narsistik cukup kaku. Pakar kesehatan mental mengatakan benih narsistik ditaburkan di masa kanak-kanak dan bahkan orang tua yang bermaksud baik dapat secara tidak sengaja membesarkan seorang narsistik.
"Narsisme cenderung berkembang di lingkungan yang ada campuran antara terlalu memanjakan dan kurang memanjakan," kata Chelsey Cole, seorang psikoterapis dan penulis yang berspesialisasi dalam pelecehan narsistik.
Menurut pakar kesehatan mental, ada tiga cara utama anak tumbuh menjadi narsistik:
- Mereka terlalu dimanjakan oleh sifat-sifat mereka yang dangkal
- Mereka kurang memanjakan emosi mereka
- Atau mereka mengalami trauma atau pelecehan
Psikolog Ramani Durvasula mengatakan bahwa meskipun tiga hal ini tidak menjamin seorang anak akan menjadi seorang narsis, setiap narsistik kemungkinan besar mengalami setidaknya satu dari mereka sebagai seorang anak. Risikonya lebih tinggi lagi jika anak mengalami salah satu dari ketiga hal tersebut dan kebetulan anak juga memiliki temperamen yang lebih sulit.
Bagaimana anak sebagai orang yang narsistik? Berikut penjelasannya
1. Terlalu dimanjakan
Memanjakan anak adalah satu cara menjadikan anak seorang narsistik. Memanjakan anak secara berlebihan bisa dilihat dengan cara orang tua membiarkan anak mengamuk tanpa konsekuensi, tidak pernah membiarkan mereka belajar bagaimana mengatur ledakan emosi, dan mengajarkan mereka bahwa mereka lebih istimewa dari yang lain.
"Tentu saja, setiap orang tua menganggap anaknya spesial, tapi semua orang spesial," kata Durvasula.
Durvasula mengatakan bahwa lingkungan yang menghasilkan narsistik itu dengan memanjakan dan mengagungkan anak-anak. Ada kata-kata pemicu, seperti 'kamu lebih baik dari orang lain. ‘kamu lebih istimewa dari orang lain', atau ‘kamu yang terpilih.’
2. Kurang memanjakan
Kurang memanjakan dapat merusak harga diri dan harga diri seorang anak sehingga menanamkan dalam diri mereka rasa tidak aman yang mendalam. Ini merupakan inti dari gaya kepribadian narsistik.
Konselor kesehatan mental Catherine Del Toro mengatakan orang tua yang menghargai prestasi anak-anak mereka, tetapi meremehkan perasaan mereka berisiko membesarkan orang narsistik. Orang tua yang menjaga jarak atau pengabaian secara emosional juga berisiko membuat anak menjadi narsis.
"Mereka mendambakan kebutuhan akan keunggulan, jadi penting bagi kita sebagai orang tua untuk mencoba terlibat dan hadir sebanyak mungkin dengan anak-anak kita," jelas Del Toro.
3. Trauma atau pelecehan
Anak-anak yang mengalami pelecehan berisiko lebih tinggi mengalami berbagai masalah kesehatan mental, serta gaya kepribadian narsistik. Pelecehan emosional bisa datang dari rumah, tetapi juga bisa datang dari lingkungan lain, seperti sekolah. Contohnya, jika anak itu diintimidasi di sekolah, itu bisa mengarah pada pengembangan kecenderungan narsistik.
Pakar kesehatan mental menawarkan beberapa cara berikut bagi orang tua untuk menurunkan kemungkinan anak mereka menjadi narsistik.
- Belajar empati
Anak-anak belajar dari orang tua mereka. Jika orang tua bertindak narsistik, anak-anak akan menyadarinya. Empati harus ditanamkan dalam segala hal dan bahkan bagaimana Anda mengatasi kesulitan emosional sendiri.
Jangan menilai anak secara performatif hanya untuk pencapaian. Anda juga bisa memuji pencapaian mereka. Anda harus menunjukkan kebanggaan yang sama saat mereka melakukan sesuatu perilaku kecil. Ini bisa menumbuhkan empati pada anak.
- Ajari untuk mempertimbangkan perasaan orang lain:
Ini bisa dibangun dalam kehidupan sehari-hari. Anda bisa menanyakan ke anak mengenai karakter dalam film yang sedang ditonton atau buku yang sedang dibaca. Ini dapat membantu mereka tumbuh dengan memikirkan perasaan orang lain.
Anak dapat mengerti bahwa orang lain memiliki perspektif yang berbeda dari mereka dan bahwa apa yang mereka lakukan sendiri dapat memengaruhi perasaan orang lain dan cara berpikir orang lain.
- Kembangkan minat asli anak
Biarkan anak Anda mengembangkan hal-hal yang mereka kuasai dan dukung itu. Anak Anda mungkin bukan anak yang ingin bermain musik atau belajar matematika, tetapi mungkin anak yang suka menggambar. Anda perlu merayakan dan mengembangkan itu. Dukung anak secara penuh.
- Bersikaplah terbuka dengan perasaan Anda
Orang tua juga dapat mencontohkan cara mengatur rasa sakit dan kekecewaan. Tidak apa-apa bagi anak Anda untuk melihat Anda menangis. Anda juga perlu memberikan konteks atas perasaan tersebut.
- Habiskan waktu berkualitas
Tidak peduli seberapa sibuknya Anda, luangkan waktu untuk anak-anak. Menyisihkan hanya 15 atau 20 menit sehari untuk menghabiskan waktu dengan duduk bersama keluarga untuk makan malam bisa membuat perbedaan dalam kepribadian anak.