Bisnis.com, JAKARTA – Penduduk bumi mencapai 8 miliar pada November 2020, dicatat oleh United Nations (6/8/2023). Angka ini diproyeksikan bertambah 2 miliar dalam lima puluh tahun.
Sepanjang perkembangan peradaban manusia, jumlah penduduk selalu bertambah. Hal ini didukung terutama oleh perkembangan kemampuan bertahan hidup, yang mencakup industrialisasi dan banyak era penting sejarah dunia lainnya.
Seabad yang lalu, jumlah manusia di bumi hanya 2 miliar. Perkembangan paling pesat terjadi sejak tahun 1950 dengan pertumbuhan mencapai 2% setiap tahunnya, menurut Worldometers (6/8/2023).
Dengan banyaknya penduduk di muka bumi saat ini, pembentukan pemukiman, area industri, dan segala hal yang mendukung kehidupan manusia turut bertambah. Bumi semakin padat dan lahan tersisa semakin sedikit.
Untuk negara padat penduduk, seperti Indonesia, masalah kelebihan populasi sudah muncul, seperti mahalnya harga pemukiman, area kumuh di pinggir kota, pengangguran, dan berbagai masalah kesehatan.
Batas kemampuan tampung bumi
Banyak ilmuwan mengira Bumi memiliki daya dukung maksimum 9 miliar hingga 10 miliar orang.
Salah satu ilmuwan tersebut, sosiobiolog Universitas Harvard terkemuka Edward O. Wilson, mendasarkan perkiraannya pada perhitungan sumber daya yang tersedia di Bumi. Seperti yang ditunjukkan Wilson dalam bukunya "The Future of Life" (Knopf, 2002), "Batasan biosfer sudah diperbaiki."
Selain ketersediaan air tawar yang terbatas, memang ada kendala pada jumlah makanan yang dapat dihasilkan oleh Bumi, seperti argumen Malthus lebih dari 200 tahun yang lalu.
Bahkan dalam kasus efisiensi maksimum, di mana semua biji-bijian yang ditanam didedikasikan untuk memberi makan manusia (bukan untuk ternak, yang merupakan cara yang tidak efisien untuk mengubah energi tanaman menjadi energi makanan), masih ada batasan seberapa jauh jumlah yang tersedia dapat diregangkan. .
"Jika setiap orang setuju untuk menjadi vegetarian, menyisakan sedikit atau tidak sama sekali untuk ternak, 1,4 miliar hektar lahan subur saat ini (3,5 miliar hektar) akan menghidupi sekitar 10 miliar orang," tulis Wilson.
3,5 miliar hektar akan menghasilkan sekitar 2 miliar ton biji-bijian setiap tahun, jelasnya. Itu cukup untuk memberi makan 10 miliar vegetarian, tetapi hanya akan memberi makan 2,5 miliar omnivora A.S., karena begitu banyak tumbuh-tumbuhan yang didedikasikan untuk ternak dan unggas di Amerika Serikat.
Jadi 10 miliar orang adalah batas populasi teratas dalam hal makanan. Karena sangat tidak mungkin semua orang akan setuju untuk berhenti makan daging, Wilson berpendapat bahwa daya dukung maksimum Bumi berdasarkan sumber makanan kemungkinan besar akan kurang dari 10 miliar.
Menurut ahli biologi populasi Joel Cohen dari Universitas Columbia, faktor lingkungan lain yang membatasi daya dukung Bumi adalah siklus nitrogen, jumlah fosfor yang tersedia, dan konsentrasi karbon di atmosfer, tetapi ada sejumlah besar ketidakpastian dampak dari semua faktor ini.
"Sebenarnya, tidak ada yang tahu kapan atau pada tingkat berapa populasi puncak akan tercapai," kata Cohen kepada Life's Little Mysteries.
Bumi penuh sesak
BBC mencatat, akan ada saatnya bumi yang sekarang ini menjadi “penuh” oleh manusia. Prediksi pertumbuhan jumlah manusia selama ini terbukti tidak meleset jauh.
Dengan tingkat pertumbuhan yang sama, bumi akan menampung 9 miliar manusia dalam waktu singkat, hanya 15 tahun berdasarkan proyeksi United Nations. Angka ini tidak jauh berbeda dari durasi yang dibutuhkan untuk membuat populasi dari 7 miliar menjadi 8 miliar, yakni 12 tahun hingga 2022.
Dengan proyeksi saat ini, populasi akan mencapai “puncak” pada tahun 2070 sampai 2080 dengan jumlah 10 miliar orang. United Nations memprediksi jumlah itu akan tetap bertahan selama setidaknya dua abad dan perlahan-lahan akan menurun.
Pertambahan 2 miliar dalam lima puluh tahun bukanlah angka pertumbuhan yang cepat. Pola pertumbuhan sejak beberapa tahun yang lalu telah menurun secara perlahan. Termasuk dalam prediksi kapan manusia mencapai 9 dan 10 miliar.
Meskipun demikian, angka proyeksi ini tidak pasti. Perubahan jumlah penduduk dipengaruhi oleh apa yang akan terjadi di masa depan dan tidak seluruhnya bisa diprediksi, termasuk dampak kepadatan penduduk yang tinggi.
Kepadatan penduduk di bumi membawa sejumlah masalah, baik terhadap alam maupun terhadap manusia itu sendiri. Hal ini mencakup perubahan lingkungan dan persaingan ekonomi.
Joel Cohen, Kepala Laboratorium Populasi Rockefeller University dan Columbia University mengatakan bahwa perubahan lingkungan akan mempengaruhi kemampuan bertahan hidup manusia, dilansir dari Livescience (6/8/2023).
Pemukiman manusia telah menggeser fungsi alami lingkungan. Jumlah manusia yang terus bertambah berbanding terbalik dengan penyusutan luas hutan serta kepunahan flora dan fauna. Ketidakseimbangan ekosistem ini semakin memburuk dengan pencemaran air, udara, dan tanah oleh aktivitas manusia.
Beberapa masalah lingkungan saat ini bisa menjadi semakin parah di masa depan dan memberikan dampak luas seperti kesehatan dan kelahiran. Masalah ini dinilai sudah terlihat di negara berkembang yang memiliki angka pertumbuhan penduduk lebih tinggi.
Jumlah penduduk yang tinggi juga akan meningkatkan jumlah konsumsi. Jika produksi bahan pangan terbatas untuk permintaan yang tinggi, akan terjadi kelangkaan bahan pangan. Lebih jauh dampaknya adalah malnutrisi dan tingkat kesehatan yang rendah.
Masalah ekonomi yang bisa terjadi adalah ketimpangan ekonomi, kemiskinan, mahalnya harga rumah, naiknya harga barang kebutuhan pokok, sulitnya akses, pengangguran, dan lain sebagainya.