Bisnis.com, JAKARTA – Udara kotor berakibat buruk bagi kesehatan, terutama organ pernapasan. Namun, polusi udara belakangan ini kembali menjadi masalah, terutama di ibukota Jakarta dan kota besar lainnya.
Jakarta menjadi kota dengan kualitas udara terburuk kelima, berdasarkan penilaian perusahaan teknologi kualitas udara IQAir pada peringkat harian, Kamis (10/8/2023). Indeks Kualitas Udara (AQI) Jakarta adalah 126, termasuk ke dalam kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif.
Namun, di Indonesia, kota dengan polusi udara tinggi bukan hanya Jakarta saja. Dalam penghitungan kualitas udara, kota Pontianak dan Terentang di Kalimantan Barat, serta Tangerang Selatan di Banten menjadi kota dengan udara paling kotor. Indeks masing-masing kota pada Kamis adalah 164, 163, dan 157. Ketiga kota ini masuk ke dalam kategori tidak sehat.
Dilansir dari American Lung Association (10/8/2023), risiko udara tercemar bisa menimbulkan gangguan pernapasan seperti iritasi dan infeksi paru-paru. Dalam jangka panjang dengan intensitas polusi, seseorang bisa mengalami kanker paru-paru.
Untuk meminimalisasi dampak kesehatan udara kotor, terutama bagi pernapasan, Anda dapat melakukan tindakan preventif.
Simak cara menjaga kesehatan paru-paru dan pernapasan dari polusi udara:
1. Memeriksa Indeks Kualitas Udara
Udara kotor kadang tidak kasat mata, tetapi Anda bisa menggunakan bantuan aplikasi atau situs pengukuran indeks kualitas udara. Indeks kualitas udara AQI menggunakan kode warna dari ungu (berbahaya), ungu muda (sangat tidak sehat), merah (tidak sehat), jingga (tidak sehat untuk kelompok sensitif), kuning (sedang), dan hijau (bersih).
2. Menggunakan Masker
Jika Anda keluar dari rumah dan berada di daerah dengan indeks AQI berwarna jingga dan seterusnya, sebaiknya gunakan masker. Masker berfungsi untuk menyaring udara dari partikel kotor sebelum masuk ke tubuh.
Masker dibutuhkan terutama jika Anda sensitif terhadap udara dan memiliki riwayat penyakit pernapasan.
3. Mengurangi Keluar Rumah
Udara kotor paling banyak terdapat di luar ruangan, berasal dari akumulasi polusi kendaraan, industri, dan lain-lain. Hindari keluar rumah saat indeks AQI berwarna merah. Anda juga perlu menjaga sirkulasi udara di dalam rumah dengan tidak membiarkan terlalu banyak jendela atau pintu terbuka.
4. Menghindari Daerah Macet
Di kota besar seperti Jakarta, kendaraan adalah salah satu penyumbang polusi udara. Gas buangan kendaraan bermotor mengandung Karbon Dioksida (CO2), Nitrogen Oksida (NOx), Karbon Monoksida (CO), Sulfur Dioksida (SO2), dan Partikulat (PM) yang tidak baik untuk dihirup.
5. Mengurangi Penggunaan Energi
Dalam skala kecil, seperti di lingkungan tempat tinggal, Anda bisa mengontrol kualitas udara dengan cara hemat energi. Barang-barang elektronik seperti kulkas dan pendingin ruangan mengandung CFC (Chlorofluorocarbon), senyawa polutan yang bisa merusak ozon.
6. Tidak Membakar Sampah
Hasil bakaran sampah menghasilkan karbon yang menjadi polusi skala kecil dan tidak baik untuk dihirup. Daripada membakar sampah, Anda bisa mengelola sampah dengan melakukan daur ulang, membuat kompos, dan membuang sampah pada tempat yang disediakan.
7. Mengurangi dan Menghindari Rokok
Risiko masalah pernapasan bisa muncul dari kebiasaan merokok. Selain bagi diri sendiri, asap rokok juga menjadi polusi bagi orang lain. Sering menghirup asap rokok menjadikan seseorang perokok pasif yang juga berpotensi terkena bahaya rokok.
8. Rutin Membersihkan Ruangan
Udara mengendapkan debu dan partikel kotoran di setiap tempat. Meskipun tertutup, udara bisa masuk dari saluran ventilasi. Untuk itu, debu dan kotoran yang dibawa udara perlu dibersihkan secara rutin.