Bisnis.com, JAKARTA -- Di era banyak orang yang semakin peduli dengan kesehatan, segala cara dicoba untuk bisa membuat badan lebih ideal.
Salah satu cara yang dilakukan selain berolahraga adalah dengan mengatur pola makan atau diet.
Diet sendiri punya berbagai jenis, mulai dari intermitten fasting seperti puasa, mengubah porsi makan, atau dengan OMAD.
Apakah diet OMAD?
Mengutip The Conversation, OMAD atau One Meal a Day atau satu makanan per hari kini tengah menjadi tren penurunan berat badan yang dilakukan banyak orang.
Para pelaku diet OMAD mengklaim bahwa diet ini cenderung sukses untuk menurunkan berat badan dalam waktu cepat dan jangka panjang serta membuat kesehatan tubuh lebih baik, termasuk menunda proses penuaan.
Seperti kebanyakan program penurunan berat badan, diet OMAD memberikan janji yang besar dan berani. Namun, inilah fakta yang perlu diketahui tentang makan satu kali sehari dan apa manfaatnya untuk penurunan berat badan.
Dengan hanya makan sekali sehati, diet OMAD menjadi salah satu jenis puasa intermiten, di mana pelaku diet ini harus berpuasa dan mengonsumsi seluruh kalori harian yang dibutuhkan dalam satu kali makan.
Aturan diet OMAD cukup sederhana dan mudah diikuti. Pelaku diet ini bisa makan apa pun yang diinginkan, asalkan tetap menggunakan piring makan standar, tanpa batasan kalori atau pedoman nutrisi yang harus diikuti.
Adapun, minuman yang bisa dikonsumsi adalah yang bebas kalori seperti air putih, teh hitam, dan kopi.
Agar sukses melakukan diet ini, harus mengikuti jadwal makan yang konsisten, makan satu kali makan pada waktu yang sama setiap hari.
Selain menciptakan defisit kalori yang mengakibatkan penurunan berat badan, pelaku diet OMAD percaya bahwa periode puasa yang panjang dalam diet OMAD menyebabkan perubahan fisiologis dalam tubuh yang meningkatkan kesehatan, termasuk meningkatkan metabolisme dengan memicu proses yang disebut ketosis, di mana tubuh Anda membakar simpanan lemak untuk energi dibandingkan glukosa.
Bagaimana Faktanya?
Sayangnya, penelitian tentang diet OMAD masih terbatas. Sebagian besar penelitian telah meneliti dampaknya terhadap hewan, dan penelitian utama pada manusia melibatkan 11 orang muda kurus yang mengikuti diet OMAD hanya selama 11 hari.
Klaim tentang diet OMAD juga biasanya didasarkan pada penelitian tentang puasa intermiten, bukan pada diet OMAD itu sendiri.
Ada bukti yang mendukung kemanjuran puasa intermiten untuk mencapai penurunan berat badan. Namun, sebagian besar penelitian berfokus pada hasil yang bisa dicapai dalam jangka pendek, misalnya dapat lebih kurus dalam waktu kurang lebih 12 minggu.
Adapun, sebuah studi jangka panjang pada 2022 yang dilakukan secara acak kepada 139 pasien obesitas untuk menjalani diet dengan kalori terbatas dengan batasan waktu makan antara jam 8 pagi dan 4 sore setiap hari, atau diet dengan pembatasan kalori harian saja selama 12 bulan.
Setelah 12 bulan, kedua kelompok mengalami penurunan berat badan yang sama dan mengalami perubahan serupa pada lemak tubuh, gula darah, kolesterol, dan tekanan darah.
Hal ini menunjukkan penurunan berat badan jangka panjang yang dicapai dengan puasa intermiten tidak lebih baik dan setara dengan pendekatan diet tradisional atau dengan melakukan pembatasan kalori harian.
Sementara belum ada bukti konkret bahwa diet ini lebih efektif dibandingkan diet defisit kalori, ada beberapa masalah yang bisa disebabkan oleh diet OMAD.
1. Dapat menyebabkan tubuh kekurangan nutrisi dan masalah kesehatan.
Kurangnya panduan nutrisi dalam diet OMAD tentang apa yang harus dimakan untuk satu kali makan sehari bisa menimbulkan bahaya.
Makanan yang dimakan setiap hari harus mencakup sumber protein yang diimbangi dengan karbohidrat gandum, sayur-sayuran, buah-buahan, protein dan lemak baik untuk mendukung kesehatan optimal, pencegahan penyakit dan pengelolaan berat badan.
Tidak mengonsumsi makanan yang seimbang akan mengakibatkan kekurangan nutrisi yang dapat mengakibatkan buruknya fungsi kekebalan tubuh, kelelahan dan penurunan kepadatan tulang sehingga berujung pada osteoporosis.
2. Kemungkinan tidak bisa dilakukan jangka panjang
Diet dengan hanya makan satu makanan sehari bisa saja dijalani. Namun, diet ini akan membosankan atau membuat pelakunya lelah seiring berjalannya waktu.
Pola makan ekstrem terutama yang mewajibkan puasa dalam waktu lama, adalah hal yang tidak menyenangkan, sehingga menimbulkan perasaan tidak bahagia dan selalu kekurangan selama waktu makan.
Contohnya, akan sangat sulit untuk menolak sepotong kue ulang tahun di kantor ketika belum waktunya makan dan belum makan dalam waktu yang lama.
Pembatasan pola makan juga dapat menyebabkan hubungan yang tidak sehat dengan makanan, sehingga semakin sulit untuk mencapai dan mempertahankan berat badan yang sehat.
3. Bisa kurus cepat, tapi gagal lebih cepat
Diet OMAD awalnya terdengar menarik karena mudah diterapkan, dan hasilnya terlihat cepat. Namun, diet OMAD hanyalah cara lain untuk mengurangi kalori dan mencapai penurunan berat badan dengan cepat
Saat berat badan turun, segala sesuatunya akan menurun dengan cepat karena tubuh mengaktifkan mekanisme pertahanannya untuk mempertahankan penurunan berat badan Anda.
Faktanya, setelah itu berat badan akan bertambah kembali atau tidak bergerak turun karena ini merupakan respons alami tubuh untuk bertahan hidup ketika kekurangan makanan.
Meski banyak digemari, diet OMAD tidak bisa dilakukan jangka panjang dan tidak memberikan hasil penurunan berat badan yang lebih baik dibandingkan dengan diet tradisional lainnya.
Keberhasilan menurunkan berat badan dalam jangka panjang akan tetap bergantung pada penurunan berat badan sedikit demi sedikit dengan pola makan yang bisa dipertahankan. Kemudian, diikuti dengan periode pemeliharaan berat badan hingga mencapai target berat badan yang diinginkan.
Selanjutnya, bisa membuat perubahan secara bertahap pada gaya hidup masing-masing untuk memastikan perubahan tersebut bisa menjadi kebiasaan yang bertahan seumur hidup.