Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bersama Tony Blair Institute for Global Change Indonesia (TBI Indonesia) menyampaikan draft Strategi transformasi digital kesehatan atau digital health transformation strategy (DHTS) 2025-2029.
Dalam kesempatan ini, Kementerian Kesehatan Indonesia meminta Tony Blair Institute (TBI) untuk mendukung pemutakhiran Strategi Transformasi Kesehatan Digital agar selaras dengan peta jalan nasional dan mempersiapkan tren masa depan dalam layanan kesehatan.
Pada 2030 mendatang, Indonesia akan dihadapkan pada tantangan untuk mengubah surplus demografi menjadi bonus demografi.
"Pemerataan akses kesehatan dapat menciptakan efek domino yang positif pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan serta peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia menuju Indonesia Emas 2045," ungkap Kamarck dalam General Meeting TBI, Senin (6/11/2023).
Di sisi lain, sektor kesehatan Indonesia masih menghadapi banyak tantangan, salah satunya adalah kesenjangan akses kesehatan, terutama bagi mereka yang berada di daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal).
Kondisi ini juga diperparah dengan kondisi fasilitas layanan kesehatan yang belum memadai. Hingga kini, 57 persen puskesmas di Indonesia belum memenuhi standar minimum tenaga kerja kesehatan.
Sementara itu, pandemi Covid-19 telah menegaskan perlunya transformasi kesehatan digital di Indonesia. Krisis ini menyoroti kebutuhan penting akan infrastruktur kesehatan yang efektif dan kemampuan untuk merespon dengan cepat terhadap situasi darurat kesehatan masyarakat.
Teknologi kesehatan digital, seperti aplikasi pelacakan kontak, platform uji online, dan analisis data, memainkan peran kunci dalam pengendalian krisis kesehatan.
“Kita bisa belajar dari pandemi Covid-19, dimana teknologi kesehatan sangat signifikan perannya dalam pengendalian pandemi. Oleh karena itu, transformasi digital dari hulu ke hilir sudah menjadi kebutuhan di sektor kesehatan," ungkap Manager of Tech for Indonesia, Tony Blair Institute for Global Change, Willy Limiady.
Dia menambahkan, bahwa teknologi digital tidak hanya berperan untuk peningkatan kualitas pelayanan, tetapi juga mengakselerasi pencapaian program-program prioritas kesehatan untuk mewujudkan Indonesia Sehat melalui penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) sesuai mandat Presiden Joko Widodo.
Indonesia telah mencatatkan pencapaian signifikan dalam pengembangan sistem kesehatan. Keterlibatan dalam Asia eHealth Information Network (AeHIN) menjadi bukti keseriusan Pemerintah Indonesia dalam menggarap sektor kesehatan untuk membangun ekosistem yang tangguh.
Adapun, dalam acara ini, TBI juga mempresentasikan strategi transformasi digital kesehatan (DHTS) untuk 2025-2029 merupakan pembaruan dari DHTS 2021-2024 yang fokus pada penanggulangan pandemi.
DHTS diproyeksikan bisa menjadi dokumen landasan integral bagi berbagai rencana strategi nasional, di antaranya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE).
DHTS juga akan menjadi acuan Pemerintah Indonesia untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 dimana seluruh rakyat Indonesia ditargetkan menerima pelayakan kesehatan bermutu tanpa terkecuali.
Chief Digital Transformation Office (DTO), Kementerian Kesehatan RI, Setiaji, mengatakan, Strategi Transformasi Kesehatan Digital akan menjadi dokumen integral bagi Pemerintah Indonesia karena akan menentukan masa depan lanskap strategi kesehatan digital Indonesia.
"Selain itu, Pemerintah Indonesia juga telah mengindikasikan kesehatan digital sebagai salah satu sektor prioritas dan aplikasi untuk landasan utama e-Government Indonesia [SPBE] mendatang," ujarnya.