Bisnis.com, JAKARTA - Batuk rejan atau pertusis merupakan jenis infeksi saluran pernafasan yang ditandai dengan batuk diiringi suara tarikan nafas tinggi yang khas dan berkepanjangan. Kondisi ini dapat menyebabkan kecacatan dan kematian pada anak di bawah usia 2 tahun jika tidak ditangani dengan tepat.
Dilansir dari laman Kemenkes, penyakit ini biasanya disebabkan oleh bakteri bordetella pertussis, tetapi juga bisa disebabkan bakteri bordetella parapertussis. Penularan batuk rejan terjadi melalui droplet (partikel air kecil) dari batuk atau bersin orang yang terinfeksi dan dapat menyebar ke udara yang dihirup oleh orang lain di sekitarnya.
Gejala Batuk Rejan
Gejala batuk rejan biasanya berlangsung selama 6 minggu, dan dibagi menjadi 3 fase, yaitu fase catarrhal (fase awal), fase paroksismal, dan fase konvalescens (fase penyembuhan), yang masing-masing berlangsung selama 1–2 minggu.
- Gejala batuk rejan fase catarrhal yakni, hidung tersumbat, pilek, bersin, mata merah, hingga demam.
- Gejala batuk rejan fase paroksismal ditandai dengan batuk yang terus-menerus diiringi suara tarikan nafas yang khas, batuk lebih sering pada malam hari, mata yang tampak merah, kulit kebiruan, kesulitan bernapas, batuk terus-menerus, dan dahak disertai muntah.
- Gejala batuk rejan fase konvalesens ditandai dengan batuk berkepanjangan yang perlahan mulai mereda, namun tetap bisa bertahan selama beberapa minggu.
Jika tidak ditangani, batuk rejan bisa menyebabkan komplikasi terutama pada bayi dan anak-anak di bawah usia 2 tahun. Mendiagnosis batuk rejan pada tahap awal bisa menjadi tantangan, karena beberapa gejalanya mirip dengan penyakit saluran pernapasan lainnya, seperti pilek biasa, influenza, dan bronkitis.
Menurut Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC), pasien yang mengalami batuk lebih dari 3 minggu disarankan untuk menjalani pemeriksaan ke rumah sakit guna mencari tahu jenis batuk yang dialami apakah perlu penanganan khusus atau tidak.
Pencegahan Batuk Rejan
Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran dan infeksi batuk rejan:
1. Imunisasi
Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, dan Tetanus) adalah cara paling efektif untuk mencegah batuk rejan. Imunisasi ini biasanya diberikan pada bayi usia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan.
Selanjutnya, imunisasi booster diberikan pada usia 15-18 bulan dan 4-6 tahun. Imunisasi ini sangat penting guna melindungi anak-anak dari risiko batuk rejan dan komplikasinya.
2. Praktek Higienis
Menjaga kebersihan diri dan lingkungan membantu mencegah penyebaran batuk rejan. Mencuci tangan secara rutin dengan air dan sabun, menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin, dan membuang tisu yang telah digunakan dengan benar.
3. Isolasi
Jika seseorang didiagnosis batuk rejan, mereka harus diisolasi sampai mereka tidak lagi menular. Kurun waktunya hingga mereka menyelesaikan siklus pengobatan antibiotik penuh.
4. Pemeriksaan Rutin
Anak-anak terutama yang berusia di bawah 2 tahun harus menjalani pemeriksaan kesehatan rutin demi memastikan mereka tidak terinfeksi batuk rejan. Jika gejala batuk rejan muncul, segera konsultasikan dengan dokter. (Syahra Fauzia)