Bisnis.com, JAKARTA - Semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa paparan polusi udara dapat meningkatkan risiko terkena kanker tenggorokan dan leher.
Pasalnya, polusi udara mengandung berbagai zat berbahaya, antara lain partikulat (PM), nitrogen oksida (NOx), dan sulfur dioksida (SO2), yang dapat merusak sel-sel di tenggorokan dan leher serta meningkatkan kemungkinan terjadinya kanker.
Dilansir dari Times of India, beberapa penelitian menemukan hubungan antara polusi udara dan kanker tenggorokan dan leher.
Misalnya, meta-analisis terhadap 20 penelitian yang diterbitkan pada tahun 2019 menemukan bahwa paparan PM2.5, sejenis partikel yang berdiameter kurang dari 2,5 mikrometer, dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker laring sebesar 14%.
Studi lain yang diterbitkan pada tahun 2018 menemukan bahwa paparan NOx dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker nasofaring sebesar 20%.
Polutan menyebabkan kerusakan DNA, sebuah langkah penting dalam proses perubahan sel normal menjadi sel kanker.
Begitu kerusakan DNA mencapai titik perbaikan, kanker muncul di dalam tubuh dan berkembang biak.
Gejala umum yang harus diwaspadai adalah iritasi terus-menerus di tenggorokan, batuk kering, dan kesulitan menelan.
Orang yang berusia di atas 65 tahun, penderita diabetes, dan tekanan darah tinggi memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker akibat polusi udara berdasarkan penelitian ini.
Direkomendasikan penggunaan masker polusi udara, pembersih udara dalam ruangan, dan minum air terus-menerus untuk melembabkan tenggorokan guna mencegah risiko terkena kanker.
Pola makan sehat yang terdiri dari sayur dan buah serta olahraga teratur juga membantu mencegah penyakit kanker