Ilustrasi Kapal Pinisi muncul sebagai Google Doodles - iStock
Travel

Sejarah Kapal Pinisi, Filosofi, Fungsi hingga Jenisnya

Rendi Mahendra
Kamis, 7 Desember 2023 - 17:44
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Hari ini, Kamis (7/12/2023), Google Doodle menampilkan sebuah kapal pinisi yang melambangkan sebuah kebanggaan bagi Indonesia. Tidak tanpa alasan, hal ini diselenggarakan dalam rangka memperingati ditetapkannya kapal pinisi sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO pada tanggal 7 Desember 2017.

Apa itu Kapal Pinisi?

Kapal Pinisi, kebanggaan masyarakat Sulawesi Selatan, adalah kapal tradisional yang berasal dari daerah Bulukumba. Kapal ini tidak hanya sekadar sebuah alat transportasi, melainkan juga sebuah karya seni yang memancarkan keindahan dan warisan budaya yang kaya. Uniknya, penamaan "Pinisi" sendiri berasal dari bahasa Bugis, yakni "pinisi"  (kata Bugis, berarti "sisip"), atau mappanisi (menyisipkan), yang mengacu pada proses mendempul.

Sejarah Kapal Pinisi

Kapal Pinisi, sebuah kapal kayu legendaris, berasal dari Bulukumba, Sulawesi Selatan, dengan catatan sejarah yang memperkirakan pembuatannya sudah dimulai pada abad ke-14. Mayoritas pembuatan Kapal Pinisi dilakukan di Tana Beru, wilayah Bulukumba, di mana para leluhur secara turun-temurun terlibat dalam pembuatannya. Mereka sering bekerja sambilan sebagai nelayan yang membuat perahu untuk menangkap ikan.

Ilustrasi Kapal Pinisi muncul sebagai Google Doodles tanggal 7 Desember 2023 - Google
Ilustrasi Kapal Pinisi muncul sebagai Google Doodles tanggal 7 Desember 2023 - Google

Bentuk dan Teknik Pembuatan Kapal Pinisi

Kapal Pinisi memiliki dua tiang layar utama dengan total tujuh layar. Ketujuh layar ini menjadi simbol keberanian nenek moyang bangsa Indonesia dalam mengarungi tujuh samudera. Pembuatannya masih sangat tradisional, dilakukan di tepi pantai, dengan tujuan agar kapal dapat langsung digunakan dan didorong ke laut setelah selesai dibuat.

Peran Kapal Pinisi dalam Sejarah Kemaritiman

Kapal Pinisi, yang berasal dari Suku Bugis, dahulu digunakan para leluhur sebagai sarana mencari nafkah yang melibatkan perjalanan hingga ke Eropa dan Afrika. Ketenaran kapal ini bahkan tercermin dalam mata uang Indonesia, salah satunya pada uang lembar Rp 100 berwarna merah.

Sejarah mencatat bahwa kapal pinisi digunakan oleh para raja dan pangeran, termasuk Sawerigading, Putra Mahkota Kerajaan Luwu, yang dianggap sebagai orang pertama yang membuat kapal pinisi. Kisah menarik terjadi ketika pangeran tersebut menggunakan kapal pinisi untuk pergi ke Tiongkok demi meminang Putri We Cudai. Meski dalam perjalanan itu kapalnya terhantam ombak, serpihan kapal berhasil disatukan kembali oleh tiga desa, salah satunya di Tanah Beru.

Jenis-jenis Kapal Pinisi dan Perbedaannya

Kapal Pinisi dapat dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu pinisi Lambda dan pinisi Palari. Pinisi Lambda lebih modern dengan penggunaan mesin diesel, sedangkan pinisi Palari masih mengandalkan layar untuk berlayar.

  1. Pinisi Lambo atau Pinisi Lamba

Pinisi Lambo merupakan versi lebih modern dari kapal pinisi tradisional. Ciri khasnya adalah penggunaan mesin diesel atau motor, yang membuatnya tidak sepenuhnya bergantung pada layar untuk berlayar. Kapal jenis ini memiliki ukuran yang lebih besar dan lebih modern dalam desainnya. Pinisi Lambo cenderung digunakan untuk kegiatan perdagangan atau kapal penumpang yang beroperasi secara komersial.

  1. Pinisi Palari

Pinisi Palari atau disebut juga Pinisi tradisional adalah bentuk awal dari Kapal Pinisi. Kapal ini masih menggunakan layar sebagai alat utama untuk berlayar di tengah laut, mengandalkan kekuatan angin. Ukuran pinisi Palari biasanya lebih kecil dan lebih tradisional dalam desain serta penggunaan layarnya. Pinisi Palari pada masa lalu umumnya digunakan sebagai kapal nelayan atau kapal yang mengangkut barang dagangan.

Proses Pembuatan Kapal Pinisi yang Unik

Pembuatan Kapal Pinisi melibatkan ritual khusus, termasuk dalam pemilihan kayu yang diambil pada hari tertentu menurut tradisi Bugis. Pembuatannya dimulai dari penatahan lunas setelah melalui ritual kecil yang melibatkan makanan-makanan dan ayam jago putih, sebagai simbol harapan akan keselamatan dan keberuntungan.

Kapal Pinisi menjadi warisan yang memperkaya sejarah Indonesia, melampaui batas samudera dan membawa keunikan budaya serta teknik tradisional yang masih lestari. Keindahan, keunikan teknik pembuatannya, dan nilai-nilai filosofis dalam setiap tahap pembuatan menjadi bukti akan warisan budaya yang perlu dilestarikan untuk generasi mendatang.

Fungsi Kapal Pinisi

Kapal Pinisi memiliki beragam fungsi yang penting dalam kehidupan masyarakat maritim di wilayah Sulawesi Selatan dan sekitarnya. Berikut beberapa fungsi utama dari Kapal Pinisi:

  1. Transportasi dan Perdagangan

Kapal Pinisi digunakan sebagai sarana transportasi laut untuk mengangkut barang dagangan dari satu tempat ke tempat lain. Mereka berperan dalam perdagangan rempah-rempah, hasil bumi, serta komoditas lainnya dari wilayah Indonesia ke pasar-pasar internasional. Kemampuan mereka dalam mengarungi perairan yang luas memungkinkan perdagangan lintas negara yang menguntungkan.

  1. Sarana Penjelajahan Maritim

Kapal Pinisi dikenal akan kemampuannya dalam melakukan pelayaran jarak jauh. Dalam sejarahnya, mereka telah mencapai perairan Eropa, Afrika, Semenanjung Malaka, Filipina, Australia Utara, Madagaskar, hingga Meksiko. Kekuatan layar mereka memungkinkan para pelaut untuk menjelajahi samudera dengan keberhasilan yang membanggakan.

  1. Alat Nelayan

Selain digunakan dalam perdagangan, Kapal Pinisi juga dimanfaatkan sebagai kapal nelayan. Kekuatan dan kapasitas muatannya memungkinkan para nelayan untuk berlayar dan menangkap ikan di perairan yang luas.

  1. Representasi Budaya dan Identitas Lokal

Kapal Pinisi bukan hanya sekadar alat transportasi atau perdagangan. Mereka juga menjadi simbol dari kebudayaan, tradisi, dan identitas suku Bugis serta masyarakat maritim di Sulawesi Selatan. Kebiasaan pembuatan kapal secara turun-temurun, teknik pembangunan tradisional, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya menjadi bagian dari warisan budaya yang kaya.

  1. Objek Pariwisata

Sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia, Kapal Pinisi juga menjadi objek wisata yang menarik. Mereka sering kali menjadi daya tarik di festival-festival budaya, pameran, dan lokasi wisata tertentu yang menampilkan proses pembuatan, keunikan desain, serta sejarah dari Kapal Pinisi itu sendiri.

Bahan Kayu yang Digunakan untuk Membuat Kapal Pinisi

Bahan kayu yang digunakan dalam pembuatan Kapal Pinisi, kapal tradisional dari Sulawesi Selatan, biasanya adalah jenis kayu yang kuat dan tahan lama. Beberapa jenis kayu yang umumnya digunakan untuk pembuatan Kapal Pinisi antara lain:

  1. Kayu Ulin (Ironwood)

Kayu Ulin dikenal sebagai kayu yang sangat keras, kuat, dan tahan lama. Hal ini membuatnya menjadi pilihan utama untuk struktur utama kapal seperti lunas (bagian bawah kapal), tiang, dan bagian-bagian penting lainnya yang membutuhkan ketahanan yang tinggi terhadap air laut.

  1. Kayu Bangkirai

Kayu Bangkirai juga memiliki sifat yang tahan terhadap air dan serangan organisme laut. Sebagai komponen struktural, Bangkirai sering digunakan dalam beberapa bagian kapal untuk memberikan kekuatan dan daya tahan tambahan.

  1. Kayu Meranti

Kayu Meranti termasuk kayu yang lebih ringan dibandingkan Ulin dan Bangkirai. Penggunaannya lebih sering dalam elemen-elemen yang tidak terlalu terpapar air laut secara langsung, seperti bagian interior atau penutup eksterior kapal.

  1. Kayu Cengal

Kayu Cengal adalah jenis kayu yang kuat dan memiliki ketahanan yang baik terhadap kondisi lingkungan laut. Digunakan terutama untuk bagian-bagian yang memerlukan kekuatan tambahan pada struktur kapal.

  1. Kayu Besi (Belian Wood)

Kayu Besi sering digunakan untuk konstruksi bagian bawah kapal karena kekuatan dan ketahanannya terhadap air laut yang tinggi.

Pemilihan kayu yang tepat dan kualitas yang baik menjadi kunci dalam membangun Kapal Pinisi yang kokoh, tahan lama, dan dapat berlayar di berbagai kondisi laut. Setiap jenis kayu memiliki keunggulan masing-masing dalam memberikan karakteristik tertentu yang dibutuhkan dalam pembuatan kapal tradisional tersebut.

Penulis : Rendi Mahendra
Editor : Rendi Mahendra
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro