Bisnis.com, JAKARTA - Perayaan Hari Raya Imlek atau Tahun Baru China ke 2575 jatuh hari ini, 10 Februari 2024.
Tahun Baru China atau Imlek merupakan sebuah momentum bagi masyarakat Tionghoa dalam mengungkapkan rasa syukur serta harapan baru pada tahun yang akan datang.
Perayaan tahun baru Imlek kerap kali dikaitkan oleh masyarakat Indonesia dengan hujan. Hujan di saat perayaan Imlek sering disebut pertanda akan datang banyak rejeki yang berlimpah.
Hal tersebut mengundang pertanyaan masyarakat, mengapa perayaan Imlek di Indonesia identik dengan turunnya hujan?
Jika mengambil sudut pandang dari penjelasan ilmiahnya, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), hari raya Imlek memang selalu jatuh antara akhir Januari dan awal Februari. Di saat itu, memang bertepatan dengan puncak musim hujan dan curah hujan yang tinggi.
Menurut Forecaster Stasiun Geofisika Kota Bandung, Yan Firdaus, hari raya Imlek yang jatuh pada 2 Februari ternyata bertepatan dengan puncak musim hujan dan curah hujan tinggi. Inilah mengapa hari raya Imlek dikatakan identik dengan turunnya hujan.
Baca Juga Tahun Baru Imlek 2575 Kongzili: Gong Xi Fa Cai, Ini Daftar Lengkap Klenteng di Tahun Naga Kayu |
---|
"Dalam waktu tiga hari ke depan atau hingga akhir bulan Januari ini, cuaca di Kota Bandung hujan nya terbilang sedikit dan angin nya cukup kencang," ujar Yan dikutip dari laman resmi pemkot Bandung.
Selain membahas tentang dampak Hujan terhadap Perayaan Hari Raya imlek, Yan mengamati perihal musim hujan secara empiris, di wilayah Bandung Raya dimulai November dan akan berakhir pada Maret.
Sedangkan musim kemarau yahun ini, di wilayah Bandung Raya dimulai pada Juni berakhir di bulan Sepember.
Terkait dengan kondisi Kota Bandung terkini, masyarakat diharapkan selalu waspada karena perubahan cuaca cukup cepat dari cerah ke mendung dan kemudian angin kencang cukup cepat terjadinya.
"Jika terjadi awan mendung atau angin mulai terasa kencang, masyarakat diharapkan langsung mencari perlindungan," imbuhnya.
Yan menerangkan, cara pengamatan cuaca dan kelembapan di Stasiun Geofisika Kota Bandung yang berlokasi di Jalan Cemara.
"Pengamatan suhu dan kelembapan diukur menggunakan alat observasi manual. Pengamatan suhu menggunakan alat temperatur yang terbagi menjadi dua. Termometer bola kering dan termometer bola basah. Sedangkan untuk mengukur kelembapan menggunakan Higrometer," ujarnya.
Ia menerangkan, alat-alat meteorologi tersebut diletakkan pada suatu tempat yang disebut Taman Alat. Taman Alat berisi beberapa alat untuk mengamati unsur cuaca di suatu tempat.
Termometer bola kering, digunakan untuk mengukur suhu udara permukaan. Termometer ini terdiri dari tabung gelas yang di dalamnya terdapat pipa kapiler yang berisikan air raksa.
Ketika suhu naik, maka air raksa akan memuai dan menunjukan skala suhu pada lingkungan.
Termometer bola basah digunakan untuk mengukur titik embun dalam udara. Termometer ini sama seperti termometer bola kering, yang membedakannya adalah termometer ini bolanya dilapisi dengan kain yang dijaga agar selalu basah.
Selain itu, ada juga Higrometer yang merupakan sejenis alat untuk mengukur tingkat kelembapan pada suatu tempat. Biasanya alat ini ditempatkan di dalam bekas penyimpanan barang yang memerlukan tahap kelembapan yang terjaga seperti dry box penyimpanan kamera.