Bisnis.com, JAKARTA -- Saat ini tren pola makan atau diet, dan tren olahraga semakin banyak dan berubah-ubah. Banyak orang yang peduli dengan kesehatannya ingin mencoba semua hal dan ikut tren yang ada.
Mulai dari diet keto, puasa intermiten, diet mediterania dan berbagai jenis diet lainnya menjadi tren saat ini. Kemudian dari bidang olahraga, mulai dari lari, muay thai, poundfit, dan lainnya juga berkembang menjadi tren yang ingin diikuti semua orang.
Padahal, tidak semua tren yang ada cocok di tubuh dan bisa memberikan hasil yang maksimal. Selain itu juga beberapa tren malah bisa menimbulkan penyakit baru atau masalah lain pada tubuh.
Lantas, untuk mengetahui pola makan dan olahraga yang cocok bagi tubuh, bisa dengan melakukan pemeriksaan genomik.
Pemeriksaan genomik menjadi salah satu inovasi di bidang kesehatan yang banyak digunakan saat ini. Pemeriksaan ini bisa mendeteksi sejak dini risiko penyakit yang mungkin timbul di dalam tubuh dan menentukan pengobatan yang dipersonalisasi.
Namun, selain itu pemeriksaan genomik juga bisa digunakan untuk menentukan asupan dan aktivitas apa saja yang terbaik untuk tubuh, sehingga jauh dari risiko-risiko penyakit yang mengintai karena keturunan, seperti diabetes, hipertensi, dan kanker.
Dokter spesialis gizi, dr. Arti Indira mengatakan dengan pemeriksaan genomik bisa menentukan asupan apa yang penting dan kurang baik bagi tubuh masing-masing pasien.
"Dari hasil pemeriksaan genomik tadi, kita bisa buatkan meal plan atau rencana makanan, sesuai tujuan pasien, apakah untuk menurunkan berat badan, atau untuk menghindari risiko penyakit dan tujuan-tujuan lain. Jadi setelah dilakukan pemeriksaan genomik menjadi skrining dini, yang bisa dilanjutkan dengan pemeriksaan lain yang sifatnya personal ke pasien," paparnya.
Terkait dengan banyaknya tren diet, kata dr. Arti, di dalam pemeriksaan NutriGenomic sudah ada panel untuk diet yang cocok sesuai dengan genomik pasien.
"Biasanya pilihannya berdasarkan kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, kemudian sampai mikronutriennya juga kita bisa aplikasikan ke pasien. Kemudian ada sensitivitas, misalnya konsumsi kopi, ada yang bisa banyak atua nggak. Jadi dia nanti nggak bisa sembarangan lagi konsumsi kopi dalam jumlah banyak," jelasnya.
Sementara itu, dari sisi pilihan olahraga, juga banyak tren olahraga yang berkembang, mulai dari lari, marathon, sampai pilates semua orang mencoba mengikuti. Lantas olahraga apa yang paling cocok?
Dokter spesialis kedokteran olahraga sekaligus health influencer, dr. Andhika Respati mengatakan bahwa dalam pemeriksaan genomik bisa memilih olahraga yang cocok sesuai dengan bentuk, kebutuhan, dan kemampuan tubuh masing-masing pasien.
"Misalnya kalau hasilnya cocoknya di kardio, bukan berarti olahraganya di kardio terus, nggak. Tapi kalau dilihat dari pemeriksaan genomik itu dia ke arah responsnya ke tiap jenis olahraga akan seberapa baik," jelasnya.
Contohnya, untuk menentukan olahraga yang tepat bagi orang yang sulit membentuk otot, atau olahraga yang tepat ketika kita tidak bisa lari dalam jarak yang jauh atau dalam waktu yang lama.
"Jadi bukan untuk memilih olahraga favorit, tapi bagaimana olahraga itu jadi efektif untuk meningkatkan kesehatan tubuh. Contoh untuk menjadi atlet, misalnya ada orang tua memasukan anaknya ke olahraga atletik. Di sana ada dua cabang, apakah mau sprint, atau lari jarak jauh? Nanti diperiksa genomik untuk lihat lebih cocok di olahraga yang sportif atau endurance. Memang sekali lagi bukan menjadi penentu utama, tapi untuk prognosis ke depan," jelasnya.
Di mana bisa melakukan pemeriksaan genomik?
Pemeriksaan genomik bisa dilakukan di Indonesia, salah satunya melalui PT Prodia Widyahusada, Tbk. (PRDA) yang telah mengembangkan pemeriksaan genomik untuk prediksi dan pencegahan penyakit sejak Oktober 2018.
Pemeriksaan Prodia Genomics pertama diluncurkan pada 2018, yaitu CArisk yang dapat membantu seseorang mengetahui risiko terhadap 13 jenis kanker. Lalu pada 2019 diluncurkan pemeriksaan DIArisk guna melihat risiko terhadap diabetes, TENSrisk untuk melihat risiko terhadap hipertensi, VASCULArisk untuk mengetahui risiko penyakit jantung.
Selanjutnya, Prodia Nutrigenomics juga diluncurkan guna mengetahui pola hidup yang cocok berdasarkan profil genomik, dan IMMUNErisk guna mengetahui risiko terhadap penyakit autoimun.
Kemudian pada 2020 diluncurkan Prodia Bone, Muscle, and Joint Genomics untuk mengetahui risiko terhadap beberapa penyakit terkait tulang, otot dan sendi. Ada pula Prodia Skin & Hair Genomics untuk mengetahui kesehatan kulit dan rambut berdasarkan genomik dan Prodia Wellness Genomics.
Pemeriksaan genomik melibatkan analisis dan pemahaman informasi genetik yang terdapat dalam genom manusia. Proses ini melibatkan pengambilan sampel materi genetik seperti darah yang mengandung DNA.
Tak seperti di tempat atau negara lain, Prodia melakukan pemeriksaan genomik di negeri sendiri, di Indonesia di mana dapat melindungi miliaran data dan informasi penting yang terdapat pada gen setiap individu yang melakukan pemeriksaan tersebut agar tidak beralih ke pihak asing ataupun pihak yang tidak berkepentingan.