Bisnis.com, JAKARTA – Pusat Pengendalian penyakit Nigeria (NCDC) mencatat 857 kasus terkonfirmasi dan 156 kematian akibat demam lassa dari Januari hingga 28 April.
Kasus ini dikabarkan naik 1,2% dibanding tahun lalu. Terbatasnya pengobatan dan sanitasi buruk adalah faktor meningkatnya kasus tersebut.
Sebagaimana diberitakan Premium Times Nigeria, NCDC melaporkan secara kumulatif dari minggu ke-1 hingga minggu ke-17 angka tingkat kematian kasus (CRF) sebesar 18,2%. Pada awal tahun 2024, jumlah kasus suspek menjadi 5963 dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya hanya mencapai 5084
Dilansir Kementerian Kesehatan, demam lassa merupakan penyakit zoonosis atau manusia mengalami infeksi akibat kontak dengan hewan yang terinfeksi virus lassa tersebut.
Umumnya hewan yang membawa virus tersebut adalah tikus mastomys. Menularnya virus lassa dapat berasal dari tinja atau urin dari hewan hama itu. Virus lassa termasuk golongan arbovirus dengan genus arenavirus dan masih satu keluarga dengan arenaviridae. Pada primata, virus ini termasuk jenis demam berdarah.
Sekitar 100.000 hingga 300.00 orang terinfeksi virus lassa setiap tahunnya dengan perkiraan 5.000 kematian. Virus tersebut pertama kali terdeteksi di Nigeria pada tahun 1969. Walaupun penduduk Nigeria berpotensi besar terpapar virus lassa, negara-negara tetangga juga berisiko terinfeksi virus tersebut, seperti Benin, Ghana, Guinea, Liberia, dan Mali.
Masa inkubasi demam lassa sekitar 6-21 hari dan akan menimbulkan gejala secara bertahap. Gejala awalnya terasa ringan, tapi seiring berjalannya waktu dan tidak segera diobati akan menimbulkan penyakit kronis.
Gejala ringan demam lassa
1. Demam
2. Lemas
3. Sakit kepala
4. Nyeri otot
5. Nyeri dada
6. Mual
7. Muntah
8. Diare
9. Batuk
10. Sakit tenggorokan
Gejala berat demam lassa
1. Wajah tampak bengkak
2. Adanya cairan dalam paru-paru
3. Pendarahan dari mulut, hidung, hingga saluran vagina
4. Tekanan darah rendah
5. Tremor
6. Kejang
7. Disorientasi
8. Adanya protein dalam urin
Bagi ibu hamil, infeksi virus lassa merupakan mimpi buruk karena dapat menyebabkan keguguran dan mengancam kesehatan sang ibu. Dilansir Cleveland Clinic, virus lassa yang menginfeksi manusia akan merusak pembuluh darah dan menurunkan kemampuan darah untuk menggumpal, sehingga pendarahan hebat dapat terjadi.
Demam lassa termasuk sulit dideteksi lantaran gejalanya mirip seperti virus ebola, malaria, tifoid, shigellosis, dan demam kuning. Pasien yang mengalami gejala seperti penjelasan di atas harus segera memeriksanya ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Centers for Disease Control and prevention (CDC) mengimbau bagi setiap orang untuk menghindari kontak dengan hewan pengerat seperti tikus, menyimpan makanan dalam wadah anti hewan, dan menjaga kebersihan rumah untuk mencegah masuknya hewan tersebut.
Selain itu, diusahakan untuk rajin mencuci tangan, menggunakan masker, sterilisasi perlengkapan, dan melakukan isolasi mandiri ketika terjangkit virus lassa. Langkah preventif ini sangat ditekankan di wilayah yang rentan paparan virus lassa. (Muhammad Sulthon Sulung Kandiyas)