Bisnis.com, JAKARTA -- Hari Raya Idulfitri tinggal hitungan hari, yang akan jadi ajang kumpul keluarga baik orang dewasa hingga anak-anak. Namun, dalam momen ini perlu mewaspadai penularan Flu Singapura yang sedang merebak.
Berdasarkan keterangan Kementerian Kesehatan, sampai dengan Maret 2024, sudah ada 5.461 kasus Flu Singapura. Beberapa kasus di antaranya terjadi di Banten ada 738 kasus, dan Depok 45 suspek dengan 10 pasien dirawat di rumah sakit.
Prof. Dr. dr. Edi Hartoyo, Sp.A(K), Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak FK Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, menyebutkan, Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) atau penyakit tangan, mulut, dan kaki terjadi ketika munculnya lesi atau lentingan pada kulit, khususnya di tangan, kaki, dan mulut saat seseorang mengidap penyakit ini.
Penyakit ini juga disebabkan oleh virus, di antaranya Virus Coxsackie A16 (Cox 16) dan Enterovirus 71 (EV 71).
Virus ini banyak menyerang pada anak-anak, bayi, dan balita, terutama di usia kurang dari 5 tahun. Faktor usia juga menjadi salah satu faktor risiko penularan penyakit ini.
Namun, dengan perubahan iklim, kasus peularan Flu Singapura yang terjadi umumnya adalah kasus yang ringan dan jarang menyebabkan kematian.
Adapun, Prof. Edi menyebutkan beberapa gejala yang umumnya dialami adalah demam tinggi diatas 39 derajat celcius, dan pernapasan cepat.
Selain itu, pada anak di bawah 6 tahun, demam berpotensi menyebabkan kejang. Perhatikan pula kemunculan lesi di kulit telapak tangan, telapak kaki, dan mulut itu yang hampir 100% muncul.
Selanjutnya, perhatikan jika anak sudah mulai kehilangan nafsu makan karena adanya nyeri menelan, imbas dari lesi yang berada di dalam mulut, dan kadang disertai batuk pilek.
Prof. Edi mengingatkan, pada momentum mudik dan lebaran bisa menjadi potensi meluasnya penyebaran Flu Singapura. Pasalnya, virus ini sangat mudah menyebar dengan cara kontak langsung dengan penderitanya.
"Ini berpotensi memperluas bisa ya, apalagi kalau kita menggunakan sarana transportasi umum, kemudian kumpul dengan orang banyak, karena ini kan penularannya lewat droplet dan lewat kontak langsung," katanya.
Oleh karena itu, jika anak mengalami gejala seperti demam dan muncul lesi di tangan, kaki, dan mulut, sebaiknya isolasi di rumah dan jangan keluar rumah selama 5 sampai 7 hari ya.
"Kalau sudah 5-7 hari dia tidak menular lagi. Jadi jangan juga sampai 2 minggu, itu tidak perlu," ujarnya.
Adapun, potensi penyebarannya bisa dikurangi dengan cara meningkatkan daya tahan tubuh anak. Beberapa cara di antaranya dengan istirahat yang cukup, memberikan asupan nutrisi yang baik, dan banyak minum air putih.
"Nanti dengan daya tahan tubuh yang naik secara otomatis akan bisa menghalangi virus yang mau apapun jenisnya itu," imbuhnya.