Bisnis.com, JAKARTA – Sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti di Keck School of Medicine of USC menemukan bahwa ibu hamil yang memiliki kadar fluoride tinggi dapat memicu permasalahan neurobehavioral pada sang cabang bayi. Gangguan itu memengaruhi fungsi kognitif.
Dilansir Keck School of Medicine of USC, penelitian yang didanai oleh National Institutes of Health menganalisis lebih dari 220 pasangan ibu dan anak serta mengumpulkan sampel kadar fluoride selama kehamilan dan perilaku anak pada usia tiga tahun.
Peneliti mengaitkan adanya paparan fluoride sebesar 0,68 miligram per liter memungkinkan hampir dua kali lipat seorang anak menunjukan masalah neurobehavioral.
“Wanita dengan tingkat paparan fluoride yang lebih tinggi dalam tubuhnya selama kehamilan cenderung menilai anak-anak mereka yang berusia 3 tahun lebih tinggi dalam masalah neurobehavioral secara keseluruhan dan gejala internalisasi, termasuk reaktivitas emosional, kecemasan dan keluhan somatik,” jelas penulis penelitian ini, Tracy Bastain, dikutip pada Rabu (22/5/2024).
Anak-anak yang terpapar 0,68 milligram per liter fluoride di dalam rahim berisiko 1,83 kali lebih besar dalam menunjukan masalah reaktivitas emosional, keluhan somatik (seperti sakit kepala dan, sakit perut), kecemasan, dan gejala berhubungan dengan autisme.
Jauh sebelum penelitian dilakukan, pada tahun 1945 sebagian penduduk Amerika Serikat menerima air minum yang mengandung fluoride untuk membantu mencegah kerusakan gigi. Pada dasarnya fluoride merupakan mineral yang secara alami terkandung di banyak makanan dan air.
Fluoride dapat memperbaiki pembusukan dini dan memenuhi kebutuhan mineral email gigi. Tapi dapat berbahaya jika terpapar dalam jumlah besar.
Apa itu fluoride?
Dilansir Cleveland Clinic dan Healtline, fluoride adalah mineral alami yang banyak ditemukan di makanan dan air. Fungsinya untuk melindungi lapisan luar gigi agar terhindar dari bakteri, plak, dan gigi berlubang.
Selain mineral, fluoride mengandung kalsium dan fosfat, sehingga fluoride menjadi komponen dalam pasta gigi atau obat kumur. Tapi kadar fluoride pada produk pasta gigi dan obat kumur tidak begitu besar.
Fluoride direkomendasikan bagi kelompok usia 6 bulan dan 16 tahun dengan jumlah yang cukup guna menjaga kesehatan gigi.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menjelaskan di tahun 1960-an sampai 1990-an, fluoride berhasil menurunkan jumlah kerusakan gigi bagi anak-anak dengan rata-rata usia 12 tahun.
Bahaya Kadar Fluoride dalam Jumlah Tinggi
1. Fluorosis gigi
Paparan fluoride pada gigi yang belum tumbuh sempurna menyebabkan bintik-bintik putih pada permukaan gigi. Tapi penyakit ini tidak menimbulkan masalah kesehatan yang serius. Penyakit ini biasanya menjangkit anak-anak di bawah usia 8 tahun. Pasalnya, pada usia tersebut anak-anak masih sering menelan pasta gigi saat menyikat gigi.
2. Fluorosis Kerangka
Kondisi ini memiliki gejala awal nyeri dan kekakuan sendi yang berisiko mengubah struktur tulang dan menyebabkan pengapuran ligamen. Kasus ini pernah terjadi oleh pria berusia 52 tahun di Amerika Serikat dan merupakan salah satu penyakit langka.
American Dental Association (ADA) mengimbau kepada ibu hamil agar tidak mengonsumsi air berfluoride tinggi. Lalu, mengedukasi kepada anak bahwa busa pasta gigi tidak boleh ditelan. Selain itu, ADA mengingatkan untuk menghindari produk pasta gigi dengan varian aroma.
Di sisi lain, CDC merekomendasikan bagi setiap orang untuk membeli alat pendeteksi kadar fluoride untuk mencegah kandungan tersebut masuk ke dalam tubuh dalam jumlah banyak. (Muhammad Sulthon Sulung Kandiyas)