Bisnis.com, JAKARTA – Kemajuan teknologi sudah merambah ke berbagai bidang pekerjaan dengan menyisipkan Artificial Intelligence (AI).
Salah satunya adalah stetoskop berteknologi AI yang dapat membantu tenaga kesehatan untuk mengetahui kondisi pasien secara komprehensif.
Dalam sebuah jurnal yang diterbitkan di The Lancet Digital Health pada 5 Januari 2022, para peneliti menguji coba penggabungan algoritma stetoskop AI dengan EKG. Peneliti menemukan bahwa perangkat tersebut mampu mendeteksi gagal jantung dengan sensitivitas 91% dan spesifitas mencapai 80%.
Tak hanya itu, stetoskop tersebut ternyata juga mampu membantu tenaga kesehatan untuk mendiagnosis pneumonia secara akurat. Pasalnya, stetoskop itu mampu membedakan kasus pneumonia yang normal dan tidak normal pada pola pernapasan.
Menurut Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Dr. dr. Anwar Santoso, Sp.JP (K), FIHA, FASCC penggunaan AI-smart stethoscope merupakan kemajuan baru di bidang kesehatan khususnya kedokteran di masa depan lantaran, dapat meningkatkan keandalan dan akurasi.
“Untuk penyakit jantung koroner dan gagal jantung, peran stetoskop tak begitu besar. Kecuali stetoskop yang dilengkapi dengan teknologi AI (Artificial Intelligence), sehingga energi suara dari jantung dan paru akan ditransmisikan menjadi data digital,” katanya, dikutip laman resmi Kemenkes pada Kamis (20/6/2024).
“Nantinya tampak seperti grafik atau gambar. Ini disebut phonocardiography. Bahkan dengan modalitas stetoskop tersebut bisa ditransformasikan energi suara tersebut menjadi gambar (real time) dan dipindai melalui layar laptop atau HP,” sambungnya.
Anwar mengatakan menggunakan sistem AI pada stetoskop diprediksi lebih meningkatkan keandalan dan akurasi diagnosis dibandingkan stetoskop konvensional. Baginya, sistem AI akan mengumpulkan data-data kesehatan pasien.
“Prinsip dari AI adalah mengumpulkan banyak data (big data) dari suara jantung dan bunyi murmur suara jantung dan akan ditangkap serta dianalisis dalam berbagai algoritma dan juga dilakukan analisis bootstrapping,” katanya.
“Sehingga akan lebih meningkatkan akurasi penggunaan diagnosis secara auskultasi. Dampak dari teknologi AI ini amat bermanfaat untuk skrining oleh dokter layanan primer di Puskesmas dan klinik-klinik sebelum dirujuk ke rumah sakit,” pungkasnya.
Artinya, stetoskop berteknologi AI mampu memberikan grafik atau data visual terkait kondisi kesehatan jantung atau pembuluh darah pasien melalui sebuah monitor sehingga data yang dihasilkan dapat lebih akurat.
Hal ini berbeda dengan stetoskop konvensional yang hanya bisa mendeteksi irama atau suara di dalam tubuh pasien. Meski begitu, pada perkembangannya, stetoskop telah mengalami transformasi secara bertahap.
Saat ini, terdapat stetoskop elektronik yang disisipkan teknologi peredam bising sehingga dokter mampu lebih jelas untuk mendengar irama jantung pasien melalui amplifikasi suara.
Senada dengan Anwar, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi menjelaskan penggunaan AI di bidang kesehatan turut meningkatkan pelayanan kesehatan di Indonesia karena mampu menghasilkan data yang lebih signifikan.
Terlebih hal ini sejalan dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyebutkan manfaat besar penggunaan AI dalam dunia kesehatan. Namun hal itu juga perlu didukung oleh tata kelola, kebijakan, peraturan dan faktor lainnya. Sehingga AI mampu digunakan secara menyeluruh di berbagai fasilitas kesehatan di berbagai negara. (Muhammad Sulthon Sulung Kandiyas)