Bisnis.com, JAKARTA - Kasus glaukoma begitu banyak di seluruh dunia, namun para penderitanya kerap kali baru memeriksakan diri ketika sudah di stadium lanjut dan sudah mengalami kehilangan penglihatan. Padahal, kebutaan karena glaukoma tidak bisa disembuhkan.
Secara global, glaukoma merupakan penyebab kebutaan tertinggi kedua setelah katarak. Lebih-lebih 80% kasus glaukoma muncul tanpa gejala. Hal ini yang membuat glaukoma dijuluki sebagai ‘si pencuri penglihatan’.
Prof. DR. dr. Widya Artini Wiyogo, Sp.M(K), Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa glaukoma terjadi lantaran adanya peningkatan tekanan dalam bola mata yang dapat merusak saraf optik.
"Kondisi neuropati optik progresif ini dapat berdampak pada penurunan fungsi penglihatan, di mana lapang pandang semakin menyempit hingga buta permanen, yang tak bisa disembuhkan," jelasnya, dikutip Selasa (29/10/2024).
Namun, meskipun kebutaan karena glaukoma tidak dapat disembuhkan, tetapi kebutaan glaukoma dapat dicegah dengan deteksi dan terapi dini. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk mengetahui tanda-tanda awalnya, sehingga glaukoma segera terdeteksi dan ditangani.
"Untuk itu, pemeriksaan mata secara rutin sangatlah krusial," tegas Prof. Widya.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, prevalensi glaukoma di dunia diperkirakan mencapai 76 juta orang pada 2020. Angka ini meningkat sekitar 25,6% dari 10 tahun sebelumnya yang mencapai 60,5 juta orang.
Angka ini diproyeksi terus meningkat menjadi 76 juta pada 2020, dan diperkirakan berjumlah 111,8 juta pada 2040 mendatang.
Sementara di Indonesia, dari data yang sempat dirilis secara resmi, prevalensi glaukoma mencapai 0,46% atau 4 sampai 5 orang per 1.000 penduduk.
Adapun, beberapa faktor risiko penyebab glaukoma adalah usia yang sudah di atas 40 tahun, keturunan, dan tekanan tinggi pada bola mata.
Prof. Widya Artini Wiyogo, Sp.M(K), menambahkan, glaukoma merupakan penyakit kronis, dan akan sangat mempengaruhi kualitas hidup penyandangnya karena lapang pandang yang terbatas.
Selain itu, secara psikologis, penderita glaukoma juga berisiko merasakan kecemasan, bahkan sampai depresi, karena terus menerus mengkhawatirkan kebutaan. Belum lagi imbas finansial atas kebutuhan pengobatan glaukoma.
Pengobatan Glaukoma Mencegah Kebutaan
Namun, saat ini dengan teknologi yang semakin berkembang, terdapat tindakan intervensi medis berupa operasi implan glaukoma yang bisa menjadi salah satu solusi agar penderita bisa terhindar dari kebutaan akibat glaukoma.
"Implan glaukoma merupakan prosedur bedah untuk menurunkan tekanan dalam bola mata. Operasi ini menjadi pilihan utama bagi pasien glaukoma dengan tekanan bola mata yang tetap tidak terkontrol, atau mengalami kerusakan saraf mata yang berat, dan sudah tidak lagi merespons terapi lainnya," terangnya.
Prosedur implan glaukoma melibatkan pemasangan implan kecil di dalam mata, berupa tabung silikon kecil yang menempel pada semacam plat, untuk membantu mengalirkan cairan agar keluar dari bola mata dan menurunkan tekanan intraokular. Berdasarkan studi, pemasangan implan glaukoma mempunyai tingkat keberhasilan 80-85%.