IDAI Imbau Posyandu Beri Makanan Tambahan Berupa Protein Hewani/UMSU
Health

IDAI Imbau Posyandu Beri Makanan Tambahan Berupa Protein Hewani

Mutiara Nabila
Selasa, 21 Januari 2025 - 16:51
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA -- Menuju cita-cita untuk Indonesia Emas 2045, masyarakat Indonesia masih punya banyak pekerjaan rumah untuk meningkatkan kualitas anak-anak mulai dari 1000 hari pertama kehidupan. 

Salah satu beban terbesarnya adalah pencegahan stunting, yang saat ini prevalensinya masih sebesar 21,5%. Hal ini terjadi karena kekurangan asupan nutrisi penting, terutam di 1000 hari pertama kehidupan anak.   

Periode 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) pada anak merupakan periode emas bagi tumbuh kembang anak, sehinga pada periode ini anak membutuhkan asupan nutrisi yang seimbang dan memadai  untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak. 

Ketika anak tidak mendapatkan asupan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan atau asupan nutrisi dan gizi yang tidak seimbang maka dapat terjadi malnutrisi pada anak.

Beberapa upaya yang dilakukan pemerintah antara lain membagikan makanan tambahan untuk anak balita saat berkunjung ke Posyandu. 

Makanan tambahan tersebut disyaratkan untuk disediakan dari bahan-bahan lokal. Namun, kerap kali makanan yang disediakan masih kurang tepat untuk memenuhi gizi balita.  

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso menegaskan agar untuk 1000 hari pertama kehidupan, agar memberikan makanan tambahan berupa protein hewani.

"Makanan tambahan lokal yang dimaksud ini harus protein hewani lokal, oke? Jangan sampai istilah pemberian makanan tambahan lokal atau PRT lokal ini kemudian misleading. Jadi, bayi balita malah diberikan makanan lokal yang bukan berupa protein hewani, seperti bubur kacang hijau, atau nagasari, pisang goreng. Itu memang betul makanan lokal, tapi tidak bisa untuk mencegah stunting," tegasnya dalam Media Briefing, Selasa (21/1/2025).

Dokter spesialis anak dari Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nutrisi dan Penyakit Metabolik IDAI, Meta Herdiana Hanindita menambahkan, bahwa untuk 1000 hari pertama pada anak memang lebih baik mendapat asupan nutrisi mikro dan makro dari sumber hewani. 

Meta menejelaskan bahwa sumber mikro dan makro nutrien seperti zat besi dan vitamin D berasal dari heme atau hewani dan non-heme dari nabati.  

"Kalau dulu dikatakan sumber zat besi atau vitamin yang paling banyak dari bayam atau sayur itu sebenarnya salah. Karena nyatanya sumber zat besi heme itu punya daya serap 20 kali lebih tinggi daam tubuh, sedangkan yang non-heme itu penyerapannya relatif lebih rendah dan dipengaruhi nutrisi lain. Jadi kalau cari sumber zat besi dan vitamin, sebaiknya dari protein hewani seperti ayam, daging, hati ayam, ikan, udang, dan lain sebagainya," jelasnya. 

Adapun, pada pangan non-heme seperti sayur dan kacang-kacangan, meskipun bernutrisi tinggi, tapi ada hal-hal yang bisa menghambat penyerapannya di dalam tubuh atau disebut antinutrien. 

"Misalnya di dalam teh atau kopi ada tanin, itu akan menghambat penyerapan zat besi. Kemudian dalam nutrisi berbasis nabati juga ada antinutrien antara lain ada serat, fitat, dan lainnya," ungkapnya.

Penulis : Mutiara Nabila
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro