Bisnis.com, JAKARTA – Induk holding BUMN farmasi, PT Bio Farma (Persero), merampungkan pengembangan produk farmasi penting diagnostik kanker menandai bagian dari upaya penguatan industri farmasi nasional.
Bio Farma resmi memperoleh Nomor Izin Edar (NIE) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk produk 18-F Fluorodeoxyglucose (FDG) dengan merk dagang FloDeg — sebuah produk radiofarmaka penting dalam diagnostik kanker berbasis PET-Scan (Positron Emission Tomography) yang pertama dalam mendapatkan ijin edar di Indonesia.
Direktur Pengembangan Usaha Bio Farma, Yuliana Indriati menyampaikan diraihnya NIE ini menandai pencapaian Bio Farma mewujudkan kemandirian nasional di bidang radiofarmasi, serta memperluas akses layanan kesehatan onkologi yang lebih cepat, akurat, dan terjangkau di seluruh Indonesia.
Baca Juga Bio Farma Siapkan Vaksin TBC Terbaru |
---|
"Penerbitan NIE ini menjadi tonggak penting dalam transformasi Bio Farma sebagai pemain utama industri farmasi berteknologi tinggi. Ini membuka jalan bagi kemandirian teknologi radiofarmasi, yang selama ini sangat bergantung pada impor," tuturnya, dikutip Rabu (21/5).
Melalui penerbitan NIE ini, Bio Farma akan memproduksi dan mendistribusikan FDG secara nasional dari fasilitas produksi berlisensi dengan standar CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik), untuk mendukung rumah sakit rujukan nasional dan fasilitas onkologi di berbagai daerah. Untuk mempermudah proses pemesanan produk secara online, Bio Farma pun melakukan pengembangan sistem digital Ordering Management System (OMS).
Lebih lanjut, Yuliana menjelaskan dengan diterbitkannya NIE radiofarmaka FloDeg, Indonesia berada di jalur yang lebih kuat memastikan inovasi dalam deteksi dan penanganan kanker tidak hanya dapat diakses oleh segelintir wilayah, tetapi menjadi bagian dari layanan kesehatan yang merata dan berkelanjutan untuk seluruh rakyat Indonesia.
“Ke depan, kami akan terus berinovasi dan memperkuat ekosistem lini radiofarmasi nasional sebagai bagian dari bioekonomi strategis Indonesia.” ungkap Yuliana.
Adapun, fasilitas produksi radiofarmaka Bio Farma di Cikarang saat ini telah sepenuhnya siap beroperasi secara komersial, menyusul diterbitkannya Nomor Izin Edar (NIE) dari BPOM untuk produk FDG. Seluruh infrastruktur dan sistem penunjang telah memenuhi standar Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) untuk produk radiofarmaka, serta standar keselamatan radiasi yang ditetapkan oleh BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga Nuklir).
Bio Farma memiliki visi untuk dapat menunjang kebutuhan Rumah Sakit dalam pelayanan theranostic (therapy dan diagnostic) yang terus berkembang dalam dunia kedokteran. Theranostic menggunakan radiofarmaka untuk diagnostik sekaligus terapi dengan dosis tertentu. Komitmen Bio Farma terhadap penyediaan radiofarmaka untuk theranostic dimulai dari tahap penyediaan produk untuk studi klinis di Rumah Sakit demi memperkenalkan theranostic secara luas.
Kepala Badan POM, Taruna Ikrar menyebut langkah ini menjadi salah satu bagian dari menghadapi tiga tantangan utama sektor kesehatan yakni bahan baku obat yang masih impor. Alasannya, saat ini lebih dari 90% bahan baku obat masih impor, artinya pengobatan masih sangat tergantung pada negara lain.
"Namun secara bertahap, BPOM mengajak berbagai pihak untuk mengurangi ketergantungan tersebut sampai setidaknya mencapai angka 50%," tuturnya.
Selain bahan baku obat, tantangan lain sektor kesehatan berasal dari bermunculannya penyakit baru serta SDM yang ditantang oleh perkembangan teknologi yang pesat.
Taruna menambahkan BPOM mendorong pengembangan produk yang berhubungan dengan produk inovatif, salah satunya radiofarmaka untuk menghadapi penyakit khususnya kanker.
“Radiofarmaka itu penting, kita tahu banyak penyakit yang bisa dipercepat penyembuhannya lewat penggunaan radiofarma, salah satunya adalah penyakit kanker. Radiofarmaka merupakan produk inovatif untuk menghadapi tantangan cepatnya perkembangan penyakit dewasa ini," katanya.
Sebelumnya, dunia menghadapi kanker dengan metode kemoterapi dan radioterapi, saat ini, radiofarmaka menjadi salah satu metode terbaru dalam menghadapi kanker. "Kami meyakini Bio Farma bisa semakin melayani masyarakat dengan menghasilkan produk-produk inovatif salah satunya radiofarmaka,” tambahnya.