Bisnis.com, PONTIANAK -- Miss World Malaysia 2014 Dewi Liena Seriestha tampak gembira menjejakkan kakinya di Puncak Jagoi, Kecamatan Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat (Kalbar).
Puncak Jagoi menjadi tempat berlangsungnya Gawia Sowa, perayaan adat tahunan, ucapan syukur atas panen padi masyarakat sub Dayak Bidayuh.
Dewi menilai ada magnet besar baginya untuk hadir di pesta adat tersebut. Kendati tercatat sebagai warga negara Malaysia, tetapi Dewi mempunyai garis keturunan sub Dayak Bidayuh dari orangtuanya.
Baca Juga Google Klaim Chrome 59 Lebih Cepat |
---|
Dayak Bidayuh termasuk mayoritas populasinya di Kabupaten Bengkayang. Oleh karena itu, Dewi mengaku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan merayakan kegembiraan bersama masyarakat setempat sekaligus melihat langsung prosesi Gawia Sowa di tanah kelahiran leluhurnya.
Menurut Dewi, ada ikatan batin dan lahiriah yang mengantar dia ke acara tersebut.
Baca Juga Ini Pesan Djarot untuk Pemudik |
---|
“Apa kabar? Saya senang melihat kampung ini lagi. 18 tahun lalu terakhir berada di sini,” kata Dewi di hadapan masyarakat Jagoi Babang dan sekitarnya, pada perayaan adat, awal pekan Juni lalu.
Dia menyapa kerumunan warga yang antusias untuk melihatnya dengan bahasa Indonesia yang baik dan diselingi ragam kata berdialek Melayu, Malaysia. Siapa sangka, Dewi yang mempunyai darah Dayak pernah tampil di ajang bergengsi internasional.
Usai dinobatkan sebagai Miss World Malaysia 2014, perempuan kelahiran 1989 lalu ini, mewakili negaranya di ajang lebih tinggi lagi yakni, Miss World 2014.
Dia berhasil meraih predikat performing talent di antara 130 gadis-gadis seluruh dunia yang mewakili negara masing-masing tersebut. Penghargaan lain, seperti memenangi World Championships of Performing Artis (WCOPA) di Los Angeles, Amerika Serikat, di ajang yang sama.
Bersamaan dengan Gawia Sowa, berlangsung Kongres Internasional I Kebudayaan Dayak di Kota Bengkayang. Panitia mengundang secara khusus pula Dewi sebagai pembicara dalam kongres yang berlangsung selama 4 hari, sejak tanggal 2 hingga 6 Juni 2017 ini.
Kongres itu, seperti disampaikan oleh Ketua penyelenggara kongres Bambang Bider, dihadiri hampir 400 orang dari berbagai daerah.
Kongres ini mendatangkan para akademisi Dayak dari sejumlah universitas di Kalimantan bahkan dari Brunei Darussalam dan Malaysia.