Bisnis.com, JAKARTA - Film dokumenter mengenai kehidupan musisi terkenal Eric Clapton tak bermaksud menutupi sisi kelamnya, meski disutradarai teman lamanya, kata sineas Lili Fini Zanuck.
Zanuck, yang telah mengenal Clapton selama 25 tahun, menyutradarai "Eric Clapton: Life in 12 Bars,” memperlihatkan kehidupan gitaris Inggris 72 tahun itu dari masa kanak-kanak hingga menjadi bintang yang dikenal dunia, melewati pergulatannya dengan alkohol dan obat terlarang, serta kematian putranya yang berusia empat tahun pada 1991.
"Tak mudah melihat diri saya melewati itu semua," kata Clapton pada wartawan usai penayangan perdana film itu di Festival Film Internasional Toronto, Senin (11/9/2017).
Baca Juga Didenda Rp37,8 Triliun, Google Banding |
---|
"Sampai saat saya berhenti minum-minum, semua yang saya ucapkan betul-betul ngalor-ngidul," sambung dia, membuat penonton tertawa.
Dalam otobiografinya pada 2007, Clapton mendeskripsikan diri sebagai seorang pecandu alkohol dan obat terlarang selama 20 tahun, yang membuatnya menggelontorkan uang 16.000 dolar AS dalam sepekan untuk heroin pada 1970-an. Kematian putranya, Conor, yang terjatuh dari ketinggian di New York, menjadi pemicu untuk berhenti mabuk-mabukan.
Musisi, yang jadi produser film ini, bicara tentang kesulitan mendokumentasikan hidupnya ke layar lebar dan diwawacarai oleh Zanuck dalam film yang tidak menutupi keburukan-keburukannya.
"Saya tidak suka difoto. Saya tidak suka bicara dengan jurnalis. Saya suka bermain musik," kata Clapton.
Zanuck, yang meraih Oscar lewat "Driving Miss Daisy" pada 1989, mengatakan, "Bagi saya, film ini tentang penebusan -- penebusan pribadi, bukan terhadap apa yang dipikirkan masyarakat, kata Zanuck kepada Reuters.