Bisnis.com JAKARTA – Denim tidak bisa dipisahkan dari gaya hidup. Di Indonesia, pertumbuhan industri lokal denim mulai muncul ke permukaan. Bahkan, kepiawaian merek boleh diadu dengan produk dari luar negeri.
Sama halnya dengan denim, terutama celana jeans. Banyak industri kecil lokal yang ternyata cukup serius menggarap pasar celana jeans. Tak tanggung-tanggung, mereka bisa memproduksi produk yang berkualitas. Kendati harga yang cukup tinggi, tetapi para produsen lokal ini sangat percaya diri bahwa masyarakat saat ini semakin teredukasi dengan barang berkualitas.
Pemilik Worker Shield Arya menjual jeans dengan kisaran harga Rp1,5 juta–Rp2,2 juta. Bukan tanpa alasan, mereka mengimpor material berkualitas tinggi langsung dari Jepang.
Baca Juga Cher Bintangi Film Musikal Mamma Mia |
---|
“Memang produk ini belum 100% buatan Indonesia karena konsep kami memang eksklusif dan material tersebut kami rasa paling cocok. Namun, semua pengerjaan 100% dilakukan di Indonesia,” katanya kepada Bisnis, Rabu (18/10/2017).
Peminatnya juga cukup tinggi. Saat merilis model baru, Worker Shield bisa menjual hingga 30 celana dalam satu bulan. Adapun pada bulan-bulan setelahnya sekitar lima celana yang bisa terjual. Namun, dengan label buatan lokal dan harga yang cukup menguras kantong, masih banyak konsumen yang meragukan.
Beli di Mal
Alhasil, mereka lebih memilih membeli di mal dengan harga yang mungkin jauh lebih terjangkau. Denim yang dijual di mal adalah buatan pabrik yang memproduksi barangnya dengan jumlah partai besar. Oleh karenanya, harga jeans bisa ditekan.
Sementara, produk buatan dalam negeri ini tidak bisa melakukan hal yang sama. Woker Shield rata-rata memproduk satu model jeans sekitar 50 celana.
“Edukasi kepada konsumen terkait denim berkualitas memang masih memerlukan waktu yang panjang. Kami selalu berupaya untuk menggali keunikan kami,” katanya.
Pada waktu yang sama, komunitas denim terbesar di Indonesia, Indigo, berkomitmen untuk terus mengedukasi konsumen. Salah satunya dengan menghelat pameran, bazar, dan seminar kecil-kecilan.
Dengan adanya bantuan komunitas semacam ini, diharapkan dapat mengedukasi konsumen denim Indonesia, bahwa produk lokal sudah sangat bersaing dengan produk yang berjejer di mal atau produk impor yang sudah mulai masuk ke Indonesia.
“Sebagai komunitas, kami selalu berusaha menjadi inkubator. Misalnya, ketika sebuah brand lokal baru launching, mereka biasanya tes dulu ke kami. Nanti semua orang bisa memberi masukan,” kata Founder Indigo Panca Novianto.