Lukisan Tjap Go Meh (Sindu Sudjojono - 1940)/galeri-nasional.or.id
Bisnis Style

Hasrat Perupa Barat Mendominasi Kebudayaan Timur

Ilman A. Sudarwan
Rabu, 24 Januari 2018 - 16:42
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Serbuan para perupa barat yang datang ke Indonesia sudah berlangsung sejak era pendudukan Belanda. Hingga kini, karya-karya mereka dinilai sebagai sudut pandang orientalisme tentang bagaimana orang barat melihat kebudayaan di timur seperti Indonesia.

Seniman Wayan Kun Adnyana menjelaskan tiga gelombang masuknya para seniman barat ke Indonesia. Pertama, pada era pendudukan Belanda (awal abad ke-20). Kedua, periode kemerdekaan (1950-an sampai 1980-an), dan ketiga, era 1990-an hingga sekarang.

Dari ketiga gelombang tersebut terdapat benang merah yakni kesamaan dominasi dalam akulturasi budaya yang ditampilkan dalam karya dan gaya hidup mereka. Salah satu cara yang paling umum dilakukan para seniman barat adalah menikah dengan perempuan asli Indonesia.

"Dominasinya bermacam-macam, dari yang halus sampai yang ke tingkat heavy authority. Beberapa seniman tersebut banyak yang memilih menikahi model mereka yang penduduk asli Bali. Di sini saya melihat ada dominasi atau keinginan untuk itu," tuturnya dalam simposium Pasca Orientalisme dan Masalah Apropiasi Budaya pada Rabu (24/1/2018) di Galeri Nasional, Jakarta.

Upaya menikah dengan penduduk lokal merupakan bagian dari pengawetan eksotisme timur dalam hal ini Bali. Meskipun demikian, hasrat mendominasi itu mulai bergeser seiring berjalannya waktu.

"Salah satu contohnya adalah [Seniman] Le Mayeur. Pada 1958 dia menghibahkan semua karyanya kepada orang lokal. Jadinya hasrat dominasi itu tidak mutlak ada," katanya.

Hasrat dominasi itu juga dapat dilihat dari cara mereka berhubungan dengan penduduk lokal.

Beberapa seniman seperti Walter Spies, dan Rudolf Bonnet dengan kesadaran penuh memilih menjalin hubungan dengan penduduk lokal. Hal tersebut tidak berlaku pada seniman Le Mayeur. Menurut Wayan, keengganan itu merupakan bentuk hasrat dominasi terhadap budaya timur.

"Semua tipe mengandung unsur dominasi, prasangka, maupun wacana. Ada konstruksi wacana yang dilebarkan. Praktik dominasi dan humanisme berkelindan dalam kehidupan sehari-hari," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Diena Lestari
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro